Itulah jargon
yang saya dan kawan-kawan SMAN 1 Blitar teriakkan seusai acara apapun selama
saya menuntut ilmu di smasa blitar.. Namun, pada akhir-akhir ini saya
memikirkan, bahwa rasanya jargon tersebut tidak saya pahami sama sekali. Jargon
tersebut terasa heroik, namun rasanya selama saya di smasa tidak pernah tahu
bagaimana bentuk wujud nyata dari jargon tersebut, atau pemaknaan yang tepat
akan jargon itu. Hanya di smasa? Tidak. Lab tempat saya berkecimpung pun mempunyai
jargon yang saya tidak mengerti artinya. Lab Antena, No Risk, No Gain. Semoga
itu semua adalah kesalahan saya yang lambat belajar.
Jargon itu Cerminan
Jargon,
Tagline, Motto atau Anda menyebut apapaun sebenarnya diciptakan tidak
sembarangan. Jargon tersebut merupakan cerminan dari visi, karakter, corporate
culture, dan produk hasilnya. Pertama ketika kita menentukan jargon, sebenarnya
kita tengah menentukan visi ke depan, bisa visi jangka pendek, maupun visi
jangka panjang. Menurut saya, jargon tidak harus sama selamanya, karena menurut
saya jargon bukan merupakan sesuatu yang sakral.. Bisa saja jargon dirancang
hanya untuk tiga sampai lima tahun. Jargon yang dituangkan merupakan visi yang
tengah diemban atau tengah dilaksanakan oleh organisasi tersebut. Bisa saja
visi jangka pendek organisasi tersebut didesain ulang setap tiga sampai lima
tahun sekali, tentu saja jargonnya pun didesain ulang. Visi jangka pendek kan
mengikuti apa yang terjadi di sekitar kita, karena itu dalam jangka waktu
tertentu, desain ulang jargon bukan sesuatu yang haram.
Kedua adalah
tentang karakter. Jargon yang diteriakkan oleh organisiasi hendaknya dipahami
oleh seluruh anggota organisasi yang berkecimpung. Paham berarti tahu ciri atau
rincian turunan dari jargon tersebut. Contohnya yang dipakai oleh SKI IT
Telkom. Lebih Dekat, Lebih Bersahabat. Baru-baru ini saya berpikir, mungkin
akan lebih baik jika kalimat “Lebih Dekat Lebih Bersahabat” itu dirinci
sehingga kader baru pun akan paham jargon tersebut. Contohnya, Lebih Bersahabat
itu berarti, setiap ketemu orang wajib melakukan senyum 227, salaman, dan
menanyakan kabar, atau Lebih Bersahabat itu merendahkan suara ketika berdiskusi.
Istilah lainnya adalah dibuat SOP untuk setiap anggota, sehingga setiap anggota
dapat melakukannya dengan mudah. Ketika itu sudah menjadi kebiasaan setiap
anggota, maka akan berbuah karakter dari setiap anggota. Tentu saja karakter
ini disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.
Ketiga, jargon
merupakan cerminan dari sebuah corporate (organization) culture. Jargon yang
dibuat harus mencerminkan seperti apa cara kerja dari organisasi tersebut.
Sungguh aneh ketika organisasi mempunyai jargon “kreatif”, tapi organisasi
tersebut tidak terbiasa mengapresiasi ide. Atau organisasi yang mempunyai
jargon “bersatu”, tapi dalam organisasi tersebut terdapat faksi-faksi yang
cukup tajam. Sehingga yang mempunyai jargon dekat dan bersahabat, ketika dalam
menjalankan organisasi, harus menonjolkan rasa kekeluargaan dan persahabatan.
Masalahnya ketika jargon tidak dipahami oleh pucuk pimpinan, atau pejabat
penting dalam organisasi tersebut, pimpinan tersebut akan menjalankan roda
pemerintahan yang tidak sesuai dengan jargonnya. Akibatnya, turunan kebawah pun
akan menyimpang dari jargon yang diteriakkan.
Keempat, jargon
merupakan pedoman bagi setiap organisasi dalam mewujudkan visinya, atau produk
keluarannya. Produk di sini adalah barang maupun jasa. Bagi organisasi yang
produknya event oriented, tentu saja pre event, event, dan post event harus
sesuai dengan jargon yang ada. Organisasi yang mempunyai jargon “kreatif”, di
pre eventnya (publikasi, sponsorship, atau preparation lainnya) harus dilakukan
dengan cara kreatif, begitu juga dengan event, dan post eventnya.
Karena jargon
bukan hanya teriakan, tetapi jargon adalah nyawa dari organisasi tersebut.
Tidak hanya itu, jargon juga berkenaan dengan marketing dari organisasi
tersebut. Kita akan sambung di tulisan selanjutnya tentang hubungan jargon dan
marketing organisasi.
Salam Optimis
untuk Indonesia
Bandung, 30
Maret 2013
@Hardian_cahya
"Siapkan Fisik dan Mental Anda"
BalasHapusTagline PSD malah nyemangatin orang lain agar selalu siap fisik dan mentalnya..,^.^
Dulu urang tanya langsung ke senior arti jargon itu,trus dapet dah rasionalisasinya....hehe
Adit, makasih dah mampir....
BalasHapusHahaha, ok. Eh, tapi boleh ga aku bahas tagline PSD di tulisan selanjutnya?
Lovely..:)
Hapuspake data ya kalo bisa :P hahaha
*bercanda
It's a pleasure for me that 'Jargon PSD' is gonna be reviewed... :D
Halo Jo! Aku mau bertanya, apakah jargon ini bisa dipake oleh orang perseorangan untuk menyemangati diri sendiri?
BalasHapusSecara ilmu psikologi, saya kurang tahu mas. Tapi menurut pendapat saya pribadi sih bisa, dan aja juga beberapa orang yang tak percaya bahwa itu berguna...
Hapus