Menanti Kerendahan Hati Pemerintah (Presiden) - Catatan Kecil

Kamis, 23 September 2010

Menanti Kerendahan Hati Pemerintah (Presiden)


Anda tentu masih ingat kejadian Pak Beye Marah waktu beliau meninjau persiapan arus balik tahun ini. Beliau marah ketika jaringan teleconference yang beliau gunakan “ngambek”. Tampilan di layar mati seketika. Akhirnya Pak Beye marah dan menegur direktur utama PT.Telkom dan Telkomsel. Beliau mengingatkan (tapi dengan nada yang tinggi dan sedikit geram) agar kedua dirut turun ke lapangan dan jangan hanya kerja di belakang meja. Beliau memrintahkan kepada seskab untuk menelepon segera kedua dirut. Menteri BUMN segera bereaksi karena kedua institusi yang kena damprat tersebut di bawah naungannya. Dengan sigap memanggil kedua dirut menghadap ke Pak Menteri. Banyak yang menilai Pak Menteri sedang CarMuk (Cari Muka).

Tapi apa yang sesungguhnya terjadi? Ternyata jaringan yang digunakan adalah milik kepolisian. Dengan kata lain Pak Beye salah sasaran mendamprat. Pak Menteri pun cari-cari alasan. Beliau mengatakan seharusnya Telkomsel mem-back up jaringan milik Polri.

Apakah ada tanda-tanda Pak Beye minta maaf karena salah damprat? Sampai sekarang saya tidak melihat hal itu. Mungkin sebagian orang mengaggap hal itu terlalu “kecil” untuk dilakukan oleh seorang presiden. “Masak seorang presiden harus minta maaf soal gituan?” kata seorang kawan. Tapi menurut saya,apa salahnya presiden minta maaf?

Sepengetahuan saya,presiden kita jarang sekali untuk pidato meminta maaf. Kalau ada kesalahan pasti yang menjawab para pembantunya,itu pun juga bukan minta maaf. Kasus LPG mbleduk, kenaikan harga, kemiskinan masyarakat,dan lain-lain hanya dijawab dengan alasan ini itu. Paling banter minta maafnya juga berbunyi “Minta maaf lahir batin atas kesalahan yang disengaja maupun tidak.” Itupun hanya di waktu Idul Fitri. Mungkin seru juga ya kalau kita tanya “Pak, kesalahan yang sengaja Bapak buat itu apa saja ya?” Kalau dipikir secara akal sehat, kan kalau kesalahan yang disengaja itu pasti beliau sadar,tahu,dan masih ingat. Tapi jarang pejabat yang pernah merinci kesalahan yang disengaja itu. Saya kadang berpikir kasus kompor mbleduk,kemiskinan,korupsi itu dianggap kesalahan yang tidak disengaja. Ha..ha…ha. Saya merindukan presiden yang berani mengatakan “Saya minta maaf karena belum bisa mensejahteraakan rakyat.” atau “Saya minta maaf karena belum bisa mengatasi kompor mbleduk.”

Penting ga sih presiden minta maaf? Saya bukan ahli komunikasi politik,saya uga bukan mahasiswa komunikasi. Tapi pribadi saya berpendapat,apa salahnya presiden minta maaf atas kesalahan yang pernah dibuat?. Bukankah itu akan meningkatkan nilai dan harga dirina jika presiden berani meminta maaf atas kesalahannya? Banyak orang yang mengatakan, ada tiga kata yang sulit diucapkan manusia,tetapi jika manusia mengatakannya, maka manusia tersebut akan lebih dihargai oleh orang lain, yaitu maaf,terima kasih,dan tolong. Mungkin presiden akan lebih dihargai, dicintai, dan dihormati masyarakat jika mengatakan hal itu. Masyarakat akan lebih memanusiakan presiden. Masyarakat sejatinya tahu presiden mereka bukanlah manusia setengah dewa. Hanya manusia biasa yang punya salah dan lupa. Masyarakat tentu akan memaklumi jika presidennya minta maaf atau berterima kasih kepada rakyatnya. Karena masyarakat lebih menyayangi presiden yang humanis.

Jadi bukanlah saatnya lagi presiden harus gengsi untuk menjadi “manusia biasa”. Presiden bukanlah malaikat atau manusia setengah dewa. Presiden adalah bapak biasa bagi anak-anaknya. Presiden bukanlah orang yang tidak terjangkau bagi rakyatnya. Karena sejatinya presiden adalah pelayan rakyatnya.

Tapi sebelum Pak Beye minta maaf,saya minta maaf duluan aja deh. Maaf ya Pak Beye…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar