Membangun Personal Brand di Generasi Digital - Catatan Kecil

Jumat, 13 Desember 2013

Membangun Personal Brand di Generasi Digital



Indonesia yang beberapa tahun terakhir mengalami apa yang dikenal dengan 3D (Demokratisasi, Desentralisasi, Diversivikasi) mendorong masyarakat merayakan pesta demokrasi atau pemilihan langsung di semua level. Tidak hanya di pimpinan politik, tapi di tingkat kampus dan organisasi. Perjalanan proses ini tidak berjalan mulus. Masih munculnya calon yang hanya bermodal uang sebagai mesin mendorong segolangan masyarakat yang didominasi anak muda bergerak. Bergerak mendorong orang-orang yang mereka anggap baik dan bisa berjuang di level pimpinan untuk maju dalam pemilihan. Melawan calon yang bermodal financial yang kuat tentu tidaklah mudah. Inilah yang menjadi tantangan untuk merancang strategi marketing terbaik untuk membangun Personal Brand yang kuat. Saya beruntung bisa menjadi bagian masyarakat yang bergerak ini dan belajar banyak dari pengalaman ini.

Pasar Indonesia Saat Ini
Sebelum merancang strategi pembangunan personal brand yang kuat, terlebih dahulu harus memahami pola pasar yang dituju. Teknologi mendorong terjadinya perubahan pola hidup dan gaya hidup masyarakat Indonesia. Pola marketing yang lama sudah tidak bisa digunakan sepenuhnya untuk masa sekarang. Teknologi ini mendorong pasar menjadi datar. Meminjam istilah Thomas Friedman, The World is Flat. Apa ciri-ciri masyarakat di era digital ini? Pertama, masyarakat semakin personal sekaligus semakin komunal. Semakin personal karena pengaruh teknologi membuat orang mampu menunjukkan dirinya kepada khalayak umum. Mereka bisa berkata dan beropini apa saja tanpa ada rasa tekanan dari sekitarnya. Semakin komunal karena jejaring sosial memudahkan seseorang menemukan orang yang sesuai dengan dirinya, entah kesamaan hobi, pandangan hidup, atau kesamaan kepentingan. Kesamaan inilah yang mendorong masyarakat membentuk simpul-simpul sosial.
Ciri kedua adalah masyarakat semakin horizoantal. Infrastruktur teknologi memudahkan masyarakat terkoneksi. Jika masyarakat sudah terkoneksi dengan sangat luas, pengaruh strategi marketing sangat sulit ditembus jika menerapkan pola vertikal. Masyaraat bisa mengecek kelebihan dan kekurangan suatu produk dan jasa dengan sangat mudah. Biasanya akan meminta info dan saran dari orang yang dia kenal. Iklan sehebat apapaun tidak akan menembus pasar jika pasar itu tidak percaya.

Membangun personal brand
Ada tiga hal yang harus diperhartikan dalam pembangunan personal brand. Pertama adalah digital social media, kedua komunitas, dan ketiga adalah karakter. Kita akan bahas yang pertama dahulu. Semakin berkembangnya internet membuat semua orang terdorong untuk memiliki social media. Indonesia sudah dikenal dengan facebook nation atau twitter nation. Hal ini menguntungkan pembangunan personal brand yang tidak mempunyai sumber daya dan yang cukup. Dengan pemanfaatan social media, kita bisa menggandakan ide secara hampir gratis. Kemampuan pengelolaan akun social media diperlukan dalam pembangunan personal brand. Membangun keterikatan pengelola akun dengan pasarnya menjadi titik penting. Hal-hal kecil namun penting harus dilakukan oleh pengelola akun, misalnya menjawab mention/pertanyaan, bertanya tentang sesuatu, atau mengklarifikasi isu.

Hal kedua adalah komunitas. Bertolak dari karakter pasar yang semakin komunal, diperlukan langkah pembentukan komunitas dalam pembangunan personal brand. Komunitas diperlukan untuk memperbesar gaung suara di dunia nyata maupun di dunia maya. Kekuatan komunitas terletak di dua hal yaitu komunikasi dan aktivitas. Komunikasi dibangun betolak pada social media, kemudian diperluas dengan bertemu di dunia nyata, yang biasa disebut dengan kopi darat. Pola ini digunakan untuk memperkecil cost jika dibanding dengan pengerahan massa pada pola pembangunan brand cara lama dan pola ini memiliki struktur yang lebih kuat dibanding crowd biasa. Kedua adalah aktivitasnya. Aktivitas komunitas ini sangat penting karena merupakan cerminan sikap orang yang akan dibangun brandnya. Aktivitas positif membuat sentimen positif pasar lebih besar kepada pemimpin komunitas ini. Semakin banyak aktivitas, dapat meningkatkan kepercayaan bahwa pemimpinnya dapat menggerakkan orang. Ini akan menaikkan keterpilihan seseorang

Hal ketiga yang diperlukan dalam pembangunan personal brand adalah karakter. Branding yang dibangun sangat kuat akan mudah hancur jika tidak dibarengi dengan pembentukan karakter yang akan dibangun. Di era digital, orang tidak akan mudah percaya dengan slogan, tidak akan mudah percaya dengan tampilan gambar dan orang sagngat sulit percaya pada brand yang tidak mempunyai karakter. Setiap orang di era digital dengan mudah mengecek apakah brand ini memang benar-benar mempunyai karakter melalui social media. Karena itu pengelolaan karakter yang dikomunikasikan dengan baik melalui social media dapat meningkatkan personal brand seseorang.

Ketika tiga hal ini diramu dengan baik, maka pembangunan personal brand akan jauh lebih mudah dan dapat menekan biaya seminimal mungkin. Yang perlu diketahui adalah, pembangunan personal brand dengan cara ini tidak bisa ditempuh dengan cara singkat. Diperlukan proses yang lebih panjang dibanding dengan cara marketing vertikal. Era New Wave Marketing telah datang, karena itu pembangunan personal brand harus dengan cara baru.


**Artikel ini memenangkan lomba artikel markrting kompasiana, Desember 2013 **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar