Indonesia yang beberapa tahun
terakhir mengalami apa yang dikenal dengan 3D (Demokratisasi, Desentralisasi,
Diversivikasi) mendorong masyarakat merayakan pesta demokrasi atau pemilihan
langsung di semua level. Tidak hanya di pimpinan politik, tapi di tingkat
kampus dan organisasi. Perjalanan proses ini tidak berjalan mulus. Masih
munculnya calon yang hanya bermodal uang sebagai mesin mendorong segolangan
masyarakat yang didominasi anak muda bergerak. Bergerak mendorong orang-orang
yang mereka anggap baik dan bisa berjuang di level pimpinan untuk maju dalam
pemilihan. Melawan calon yang bermodal financial yang kuat tentu tidaklah mudah.
Inilah yang menjadi tantangan untuk merancang strategi marketing terbaik untuk
membangun Personal Brand yang kuat. Saya beruntung bisa menjadi bagian
masyarakat yang bergerak ini dan belajar banyak dari pengalaman ini.
Pasar Indonesia Saat Ini
Sebelum merancang strategi
pembangunan personal brand yang kuat, terlebih dahulu harus memahami pola pasar
yang dituju. Teknologi mendorong terjadinya perubahan pola hidup dan gaya hidup
masyarakat Indonesia. Pola marketing yang lama sudah tidak bisa digunakan
sepenuhnya untuk masa sekarang. Teknologi ini mendorong pasar menjadi datar.
Meminjam istilah Thomas Friedman, The
World is Flat. Apa ciri-ciri masyarakat di era digital ini? Pertama,
masyarakat semakin personal sekaligus semakin komunal. Semakin personal karena
pengaruh teknologi membuat orang mampu menunjukkan dirinya kepada khalayak
umum. Mereka bisa berkata dan beropini apa saja tanpa ada rasa tekanan dari
sekitarnya. Semakin komunal karena jejaring sosial memudahkan seseorang
menemukan orang yang sesuai dengan dirinya, entah kesamaan hobi, pandangan
hidup, atau kesamaan kepentingan. Kesamaan inilah yang mendorong masyarakat membentuk
simpul-simpul sosial.
Ciri kedua adalah masyarakat
semakin horizoantal. Infrastruktur teknologi memudahkan masyarakat terkoneksi.
Jika masyarakat sudah terkoneksi dengan sangat luas, pengaruh strategi
marketing sangat sulit ditembus jika menerapkan pola vertikal. Masyaraat bisa
mengecek kelebihan dan kekurangan suatu produk dan jasa dengan sangat mudah.
Biasanya akan meminta info dan saran dari orang yang dia kenal. Iklan sehebat
apapaun tidak akan menembus pasar jika pasar itu tidak percaya.
Membangun personal brand
Ada tiga hal yang harus
diperhartikan dalam pembangunan personal brand. Pertama adalah digital social
media, kedua komunitas, dan ketiga adalah karakter. Kita akan bahas yang
pertama dahulu. Semakin berkembangnya internet membuat semua orang terdorong
untuk memiliki social media. Indonesia sudah dikenal dengan facebook nation
atau twitter nation. Hal ini menguntungkan pembangunan personal brand yang
tidak mempunyai sumber daya dan yang cukup. Dengan pemanfaatan social media,
kita bisa menggandakan ide secara hampir gratis. Kemampuan pengelolaan akun
social media diperlukan dalam pembangunan personal brand. Membangun keterikatan
pengelola akun dengan pasarnya menjadi titik penting. Hal-hal kecil namun
penting harus dilakukan oleh pengelola akun, misalnya menjawab
mention/pertanyaan, bertanya tentang sesuatu, atau mengklarifikasi isu.
Hal kedua adalah komunitas.
Bertolak dari karakter pasar yang semakin komunal, diperlukan langkah pembentukan
komunitas dalam pembangunan personal brand. Komunitas diperlukan untuk
memperbesar gaung suara di dunia nyata maupun di dunia maya. Kekuatan komunitas
terletak di dua hal yaitu komunikasi dan aktivitas. Komunikasi dibangun betolak
pada social media, kemudian diperluas dengan bertemu di dunia nyata, yang biasa
disebut dengan kopi darat. Pola ini digunakan untuk memperkecil cost jika
dibanding dengan pengerahan massa pada pola pembangunan brand cara lama dan
pola ini memiliki struktur yang lebih kuat dibanding crowd biasa. Kedua adalah
aktivitasnya. Aktivitas komunitas ini sangat penting karena merupakan cerminan
sikap orang yang akan dibangun brandnya. Aktivitas positif membuat sentimen
positif pasar lebih besar kepada pemimpin komunitas ini. Semakin banyak
aktivitas, dapat meningkatkan kepercayaan bahwa pemimpinnya dapat menggerakkan
orang. Ini akan menaikkan keterpilihan seseorang
Hal ketiga yang diperlukan dalam
pembangunan personal brand adalah karakter. Branding yang dibangun sangat kuat
akan mudah hancur jika tidak dibarengi dengan pembentukan karakter yang akan
dibangun. Di era digital, orang tidak akan mudah percaya dengan slogan, tidak
akan mudah percaya dengan tampilan gambar dan orang sagngat sulit percaya pada
brand yang tidak mempunyai karakter. Setiap orang di era digital dengan mudah
mengecek apakah brand ini memang benar-benar mempunyai karakter melalui social
media. Karena itu pengelolaan karakter yang dikomunikasikan dengan baik melalui
social media dapat meningkatkan personal brand seseorang.
Ketika tiga hal ini diramu dengan
baik, maka pembangunan personal brand akan jauh lebih mudah dan dapat menekan
biaya seminimal mungkin. Yang perlu diketahui adalah, pembangunan personal
brand dengan cara ini tidak bisa ditempuh dengan cara singkat. Diperlukan
proses yang lebih panjang dibanding dengan cara marketing vertikal. Era New
Wave Marketing telah datang, karena itu pembangunan personal brand harus dengan
cara baru.
**Artikel ini memenangkan lomba artikel markrting kompasiana, Desember 2013 **
**Artikel ini memenangkan lomba artikel markrting kompasiana, Desember 2013 **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar