Goodbye, Things: Lebih bahagia dengan lebih sedikit - Catatan Kecil

Kamis, 07 Maret 2019

Goodbye, Things: Lebih bahagia dengan lebih sedikit


Saya membaca buku semacam ini dengan satu alasan. Entah mengapa kamar kost saya berantakan tak pernah rapi meskipun saya merasa sudah menghabiskan energi untuk membereskannya. Saya mulai berpikir ini bukan karena saya malas beres-beres, namun ada yang salah dengan interaksi antara saya dengan barang-barang di sekitar saya. Ada yang yang tidak beres atas cara pandang saya terhadap barang yang ada di kamar saya, tapi saya tidak tahu di bagian mana yang salah. Di saat kebingungan itu, saya menemukan satu istilah yang saya dapat dari IG stories teman saya, Hidup Minimalis.


Saya mencoba lebih dalam lagi mencari tentang hidup minimalis, maka ketemulah dengan tiga buku saat itu sebagai referensi. Goodbye, Things dari Fumio Sasaki, Tyding Up dari Marie Kondo, dan Joy of Less dari Francine Jay. Akhirnya pilihan saya jatuh pada Goodbye Things dari Fumio Sasaki. Saya lebih memilih versi ebook di google book karena lebih suka membaca dengan ipad.

Di awal bagian buku ini, kita akan ditemukan alas an mengapa kita hidup minimalis. Penulis merasa bahwa hidup dengan banyak barang akan menghabiskan energi. Kita terpaksa mengurusi barang-barang yang mungkin sebenarnya kita tidak terlalu memerlukan. Di bagian awal buku ini pun kita diajak bercermin mengapa kita mengumpulkan banyak barang. Pada bagian tengah, kita dipandu untuk berpisah dengan barang-barang kita yang memenuhi rumah kita. Di bagian akhir pun kita diajak merayakan menjadi minimalis.

Buku ini sebenarnya tidak serta merta mengarahkan kita untuk membuang barang-barang kita dan pada akhirmnya mempunyai sedikit barang. Alih-alih berisi perintah, buku ini lebih mengubah cara kita berinteraksi dengan barang. Satu hal yang paling mengena di pikiran saya adalah, kita dilatih untuk melepaskan identitas kita dengan barang. Kita adalah kita. Kita yang memiliki pribadi kita. Pribadi kita tidak pernah tergantung dengan barang yang kita punya dan pakaian yang kita pakai.  Kita masih bisa menjadi pribadi yang menyenangkan hanya dengan memakai kaos. Tentu saja ada kepantasan yang harus dipertimbangkan. Sehingga ketika membaca buku ini, kita lebih diajak untuk bercermin, disbanding dinasihati.

Fumio Sasaki juga menulis bab 3 buku ini dengan cara membaginya ke dalam tips-tips singkat. Ada 55 tips untuk berpisah dengan barang. Pembaca tidak merasa membaca bahasan yang Panjang dan membosankan. Kita seperti membaca tips singkat saja, sehingga ketika kita diizinkan berhenti di tips berapa saja dan meneruskan tips nomor berikutnya di kemudian waktu.

Apakah saya berhasil menerapkan isi buku ini? Yap, Alhamdulillah berhasil membereskan kamar kost saya. Saya berhasil membuang setengah dari isi lemari pakaian saya. Kecanduan pergi ke situs jual beli saat gajian pun menghilang. Iri terhadap barang-barang orang lain pun lenyap. Saya hanya bersyukur dengan barang yang saya punya dan membeli apa yang benar-benar saya butuhkan.

Jika Anda memiliki masalah interaksi Anda dengan barang-barang, mungkin buku ini cocok untuk Anda.

Salam Hangat dari Hardian Cahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar