Mungkin convenience store, atau
yang saya artikan toko serba ada, menjadi bagian yang dekat dengan kehidupan
kita sehari-hari. Mungkin Anda pergi ke toko serba ada minimal seminggu sekali
untuk membeli beberapa kebutuhan harian atau sekadar membeli minuman dingin di
kala hari yang terik. Tapi pernahkah Anda memperhatikan pelayan toko yang
mengucapkan dengan riang “Selamat datang di In**maret, selamat berbelanja”
setiap Anda memasuki toko tersebut?
Dengan segala keterbatasan kemampuan Bahasa inggris yang saya miliki, akhirnya saya berhasil selesai membaca novel ini. Dan izinkan saya berbagi sedikit ulasan tentang novel Convenience Store Woman tulisan Sayaka Murata.
Sayaka Murata memotret kehidupan
pelayan toko serba ada tersebut ke dalam sebuah novel. aNovel ini berkisah
tentang seorang wanita penjaga toko seba ada berumur 36 tahun. Wanita ini telah
dilabeli oleh orang-orang sekitarnya mempunyai kepribadian yang aneh. Bahkan
keluarga terdekatnya pun menganggap dia sakit. Bertindak di luar kewajaran,
tidak ada ketertarikan atau terpikir untuk mempunyai hubungan khusus dengan
laki-laki atau tidak terpikir untuk menikah. Yang dia cintai adalah
pekerjaannya sebagai karyawan penjaga toko serba ada. Novel ini memotret kisah
cinta seorang wanita dengan toko serba ada.
Keiko Furukura, nama wanita
tersebut, telah menjalani pekerjaannya selama 18 tahun sejak toko ini berdiri. Mungkin
tipikal orang Jepang yang sangat mencintai pekerjaannya dengan sangat total.
Bahkan bunyi pintu terbuka, denting koin dari pelanggan, ataupun bunyi minuman
kaleng yang dibuka sudah menjadi bebunyian yang menjadi satu di hidupnya. Dia
bisa menguasai bagaimana meletakkan barang dagangan, kapan harus menyiapkan
minuman atau makanan promo di jam sibuk, dan dia bisa memprediksi dengan sangat
presisi makanan apa yang akan terjual banyak jika hari akan hujan. Ya, tidak
salah jika wanita aneh ini sudah jatuh cinta dengan toko.
Permasalahan mulai muncul ketika
seorang laki-laki bernama Shiraha datang ke toko itu sebagai pegawai baru yang
bermasalah. Lika-liku konflik Keiko dan Shiraha menjadi bagian yang penting
dari novel ini dan menentukan ke mana cerita novel ini berakhir.
Bagian yang saya suka dari novel
ini adalah penulis berhasil memotret bagaimana kehidupan social di Jepang bisa
menekan seseorang yang dianggap tidak biasa oleh masyarakat menjadi pribadi
yang lain. Menjadi pribadi yang umum diterima masyarakat walaupun dia sendiri
tidak suka. Keresahan akan tekanan sosial ini yang juga mewakili keresahan
masyarakat di Indonesia pada umumnya. Basa-basi busuk macam “Kapan nikah?” cukup
berbahaya untuk orang lain. Ada yang menyerah pada desakan social ini sehingga
akhirnya berubah menjadi pribadi yang masyarakat inginkan. Ada yang tetap
nyaman menjadi pribadi yang dia suka walaupun dipandang miring. Yap, keresahan
ini lah yang menjadi tema utama cerita novel ini.
Bagian yang saya tidak suka
adalah penulis terlalu lambat menuliskan cerita pada bagian awal dan
mempersingkat bagian konflik dan penyelesaian. Terkesan ngebut di bagian akhir.
Mungkin penulis ingin memperkuat karakter dan alasan pada bagian awal agar
karakter Keiko ini bisa dipahami dan diterima oleh banyak orang.
Novel ini cukup tipis untuk
dinikmati. Jika Anda tertarik bagaimana kehidupan social di Jepang disajikan
secara unik, buku ini layak Anda baca.
Salam Hangat dari Hardian Cahya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar