Cerita-Cerita Jakarta, karena Jakarta Punya Cerita - Catatan Kecil

Minggu, 20 Juni 2021

Cerita-Cerita Jakarta, karena Jakarta Punya Cerita

Jakarta, ibu kota negara dengan segala riuhnya. Cerita Jakarta bukan hanya istana negara, monas, bundaran HI, dan gemerlapnya jalanan protokol. Cerita Jakarta juga bukan hanya tentang macet, banjir, semrawut dan semua keluh kesahnya. Jakarta masih menyimpan banyak cerita yang mungkin tidak terangkat di media, dan sebagian tertuang dalam antologi cerpen ini.

 


10 penulis menyajikan Jakarta dari sudut pandang mereka melalui sebuah cerpen. 10 cerpen itu dibukukan dalam sebuah antologi cerpen diberi judul Cerita-cerita Jakarta. Sekumpulan cerita interaksi antar penduduk Jakarta dan interaksi dengan ruang bernama kota.

 

Sekadar untuk latar belakang, buku ini sebenarnya sudah pernah terbit pada akhir tahun 2020 dalam bahasa Inggris dengan judul The Book of Jakarta terbitan Comma Press. The book of Jakarta ini merupakan bagian dari rangkaian Reading The City. Kamu bisa menemukan cerita tentang kota-kota lain di dunia melalui seri ini.

 

Buku ini berisi sepuluh cerita penduduk Jakarta dengan berbagai latar yang mengisi kota ini. Mulai dari sekumpulan lansia yang bertamasya di penutupan Istana Boneka, sepasang kekasih yang berboncengan motor, seniman yang tidur di emperan toko Cikini, seorang PSK yang tinggal di Kalibata, pengamen yang terjebak demonstrasi di Palmerah, Pak Haji dan dua muridnya yang pemabuk di Kampung Melayu Pulo.

 

Kalau boleh saya rangkum adalah, ini adalah cerita tentang tetanggamu yang belum tentu kamu kenal. Mungkin juga ini adalah ceritamu sendiri yang tak pernah kamu ceritakan ke orang banyak. Atau cerita yang bahkan kamu tidak tahu bahwa ada penduduk semacam itu di Jakarta. Cerita semua orang yang tak ingin mereka tampilkan di sosial media.

 

Jika boleh memilih cerpen favorit dalam buku ini, saya memilih cerpen dengan judul Anak-Anak Dewasa tulisan Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie. Cerpen ini mengisahkan sekumpulan manula di masa mendatang, yang saat ini sedang dalam usia remaja atau dewasa. Mereka pergi bertamasya ke Dufan untuk merayakan penutupan wahana Istana Boneka. Sekumpulan manula yang merasa bingung untuk apa mereka masih hidup di kota ini. Premis yang aneh tapi sangat dekat dengan siapapun yang menua di Jakarta. Twistnya pun sangat menarik.

  

Sebagai penduduk Jakarta yang tinggal di kota ini selama 7 tahun, saya merasa begitu dekat dengan kisah-kisah yang tersaji dalam buku ini. Kisah, yang kebanyakan kelam, tentang Jakarta. Sebagian bahkan saya mengalami sendiri, sebagian saya melihatnya sendiri, sebagian saya mendengarnya dan sebagian lagi saya baru tahu. Semua kisah itu memang ada di Jakarta.

 

Karena ini buku antologi cerpen, jadi gaya penulisannya juga beragam. Hal ini membuat kita merasa terus berpetualang di setiap cerita. Apalagi nih? Tentang apa nih? Siapa yang diceritakan? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada setiap saya memulai membaca cerpen yang baru. Pembaca dibuat tidak bosan dalam menyelesaikan buku ini.

 

Saya tidak mengetahui apakah buku ini bisa dekat secara emosi dengan orang yang tidak pernah mengenal Jakarta secara langsung. Beberapa cerita memang sangat lokal, cerita yang mungkin hanya bisa dirasakan penduduk Jakarta. Dengan penulisan yang bagus, semoga buku ini bisa dekat dengan siapapun yang membaca.


Buku ini layak dibaca siapapun yang ingin mengenal kota Jakarta dan penduduknya dengan lebih dekat. Dengan membaca buku ini, kita tidak hanya mengenal Jakarta dari layar televisi, Instagram atau cerita teman-temanmu. Buku ini membuka lapisan Jakarta lebih dalam lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar