Kamu yang sering berkunjung ke Taman Ismail Marzuki di Cikini saat sebelum revitalisasi, kamu mungkin pernah melihat bapak-bapak berambut putih panjang yang sedang mengajar anak-anak berlatih teater di teras Graha Bakti Budaya (GBB). Kadang waktu, ia sedang menjaga toko buku miliknya yang berada di pojok Graha Bakti Budaya TIM. Ia adalah Jose Rizal Manua.
Jose Rizal Manua,
tokoh teater berdarah Padang yang lahir pada 14 September 1954. Menurut
beberapa sumber, ia pernah mengikuti Bengkel Teater milik WS Rendra. Dari situ,
kemampuan Jose Rizal terus terasah. Beranjak dari situ, Jose sering memenangkan
perlombaan teater.
Selain menjadi
dosen di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), ia aktif dalam pengembangan seni
teater, khususnya teater anak-anak. Melalui Teater Tanah Air, ia melatih
anak-anak bermain teater dan mengadakan pertunjukan baik di dalam negeri maupun luar
negeri. Banyak apresiasi telah ia dapatkan. Puncaknya, ia dan kelompok teaternya
memenangkan perhargaan sebagai Penampil Terbaik dalam acara Festival Teater
Anak Sedunia ke- 15 di Jerman pada tahun 2018. Sebelum itu pada tahun 2008, ia juga
sempat mendapat penghargaan sebagai pertunjukan terbaik dalam acara Festival
Teater Anak sedunia ke- 10 di Moskow.
Berdasarkan
cerita dari vlog Pandji Pragiwaksono, setelah pulang ke tanah air, ia
menawarkan kepada sebuah stasiun televisi nasional untuk menampilkan teater
yang baru saja ia pertunjukan di Jerman. Televisi menolak dengan alasan, orang Indonesia
tidak paham teater. Ia meragukan alasan tersebut karena pertunjukannya di
Jerman, negara yang mempunyai bahasa dan kontek budaya berbeda, berjalan
meriah. Setelah ia berdiskusi lebih
dalam, ia mengetahui bahwa alasan utama dari penolakan tersebut adalah teater
itu tidak komersil.
Tentu saja ia tidak
berhenti berkarya di dunia teater. Sebelum pandemi, aktifitas teaternya masih
berjalan. Teater Tanah Air masih aktif berlatih dan mengadakan pertunjukan.
Saya berkunjung
ke Galeri Buku Bengkel Deklamasi miliknya tadi siang. Sebuah toko buku yang
dulunya berada di pojok GBB. Menurut beberapa sumber, galeri tersebut
diinisiasi oleh Jose Rizal Manua dan WS Rendra. Ide pendirian galeri tersebut
datang saat ia berdua berkunjung ke Broadway, dan melihat toko buku literasi
yang ramai dikunjungi orang. Atas bantuan Gubernur Jakarta Soerjadi Soedirdja,
berdirilah galeri buku di pojok GBB.
Saat kawasan
TIM direvitalisasi dan GBB dirubuhkan, galeri buku tersebut sempat direlokasi
ke Perpusda, dan sekarang berada di bagunan semi permanen, di sekitar tempat parkir
mobil. Tidak terlalu luas, namun cukup nyaman. Seluruh buku tertata rapi di
rak-rak yang ada di dalamnya. Jika kamu berkunjung ke sana, kamu akan menemui
koleksi buku yang sangat banyak mulai dari buku budaya hingga buku sains.
Jose Rizal
Manua, dunia teater dan galeri bukunya mungkin mengalami pasang dan surut, namun seorang
seniman tetap bertahan dalam karya karena itu laku hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar