Saling Berbagi di Kota Jakarta - Catatan Kecil

Sabtu, 15 Januari 2022

Saling Berbagi di Kota Jakarta

Beberapa orang berkata bahwa Jakarta mengubah orang menjadi sangat individualis. Tidak ada kehangatan dan kemanusiaan di kota keras ini. Mungkin anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Berdasarkan pengamatan dan kesotoyan saya, tingkat kesulitan hidup di suatu kota berbanding terbalik dengan kehangatan dan keramahan penduduknya. Ditambah lagi indeks kebahagiaan penduduk DKI Jakarta berada di bawah indeks kebahagiaan nasional. Antar penduduk juga saling curiga dan waspada sehingga kerelaan untuk menolong orang lain juga rendah. Sekali lagi ini berdasarkan sotoynya saya.

 


Saya memasuki kota Jakarta juga sangat pesimis. Saya ragu menemukan kehangatan kota Bandung tempat saya kuliah. Apakah di sini komunitasnya se oke Bandung? Bagaimana kalau penduduknya galak-galak? Ada orang yang bantuin ga ya kalau ada kesulitan? Pertanyaan semacam itu sering datang saat saya mengenal kota ini.

 

Setelah beberapa lama tinggal di Jakarta, saya mulai mengenal beberapa komunitas kerelawanan yang bergerak membantu orang sekitar dalam berbagai bidang dan bentuk. Ada yang bergerak di bidang pendidikan, penggerak ekonomi, Kesehatan dan lingkungan, atau komunitas berbagi ide. Jumlahnya tidak ada data pasti, namun saya menduga sampai puluhan. Setidaknya itu yang saya amati.

 

Sisi postif dari komunitas kerelawanan di Jakarta adalah kerapihan dalam eksekusi dan pergerakan organiasi. Kalau dibandingkan kota lain yang penggerak komunitas didominasi oleh mahasiswa, di Jakarta kebanyakan komunitasnya digerakkan oleh professional muda yang sudah bekerja. Tidak mengherankan beberapa komunitas memiliki tata kelola standar orang kantoran yang rapi dan terstruktur seperti tata kelola keuangan, cara menjalankan rapat dan pengambilan keputusan. Dalam hal eksekusi pun koordinasi antar fungsi maupun dengan pihak luar terlihat lebih lancar.

 

Bentuk sumbangannya apa aja sih? Bermacam-macam, tergantung keahlian dan kegemaran masing-masing individu. Komunitas kerelawanan sangat menghargai semua bentuk bakat dan minat anggotanya. Ada yang berkontribusi di desain, dokumentasi berupa foto dan video, atau yang ahli di administrasi. Ada juga yang memang gemar mengajar anak kecil, atau mencari ide-ide baru, mencari sponsor atau langganan jadi MC buat yang suka nampil. Apapun bentuk kontribusinya, semuanya didasari satu niat: memberi.

 

Terlalu banyak individu yang saya kenal total dalam memberi di komunitas, tanpa mengesampingkan pekerjaan utamanya. Kebanyakan sih kalau ditanya kenapa mau jadi relawan, jawabannya sih “seneng aja berbagi sesuatu”. Sebuah alasan yang klasik tapi itulah adanya.

 

Jakarta ini memang bukan kota yang sempurna, namun dengan adanya komunitas kerelawanan, setidaknya ada kemajuan untuk menjadikan Jakarta tempat yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar