Ruang Aman Bernama Perpusnas - Catatan Kecil

Senin, 24 Januari 2022

Ruang Aman Bernama Perpusnas

Saat itu saya masih SMA ketika saya menyaksikan film National Treasure 2. Di salah satu adegan, Benjamin Gate sedang mencari buku presiden di The Library of Congress. Tergambar sebuah perpustakaan yang sangat besar, rapi dan syahdu. Entah kenapa saya memilih kata syahdu untuk perpustakaan. Ada dua hal yang terlintas di benak saya. Pertama, suatu saat saya ingin mengunjunginya. Kedua, saya membayangkan Indonesia punya perpustakaan yang mirip dengan itu.

 


Perkenalan pertama saya dengan perpustakaan milik pemerintah tentu saja Perpustakaan Kota Blitar, tempat saya dulu tinggal. Kemudian di Kota Blitar terbangun perpustakaan yang jauh lebih bagus yaitu Perpustakaan Bung Karno yang terletak di kompleks makam Bung Karno yang menjadi satu bangunan dengan Museum Bung Karno. Saya sering mengunjungi perpustakaan ini setelah jam sekolah. Setelah saya kuliah, saya tidak pernah lagi berinteraksi dengan perpustakaan milik pemerintah. Saya lebih memilih membaca buku di perpustakaan kampus.

 

Pada tahun 2017, Pak Jokowi meresmikan gedung baru perpustakaan milik pemerintah dengan nama resmi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Gedung ini terletak di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Terletak antara Lemhanas dengan Balai Kota Jakarta. Gedung dengan tinggi 27 lantai ini disebut dengan gedung perpustakaan tertinggi di dunia. Itu pertama kali saya tahu bahwa Indonesia punya perpustakaan nasional.

 

Walau sudah lama diresmikan, saya baru mengunjungi perpustakaan ini minggu ini. Selama ini saya hanya tahu bagaimana bentuk dalamnya dari unggahan teman-teman di media sosial. Menarik sepertinya untuk dikunjungi.

 

Untuk mengunjungi, kamu perlu mendaftar dulu keanggotaan di laman website milik perpusnas agar kamu tidak perlu mengantri saat di sana. Kedua, kamu harus meminjam kunci loker untuk meletakkan tas dan barang-barang yang kamu bawa di lantai dasar. Pengunjung dilarang membawa tas milik pribadi ke atas. Kamu diberi tas pengganti kalau kamu ingin membawa buku atau laptop ke atas.

 

Ketiga, jika masih ada kuota, kamu bisa mencetak kartu anggota di lantai dua. Ada kuota cetak kartu 300 kartu per hari. Jika kamu tidak kebagian, tenang, kamu masih bisa naik ke atas untuk membaca buku atau beraktifitas di perpusnas. Keempat, jika kamu ingin pulang, jangan lupa untuk mengembalikan kunci loker ke petugas lantai dasar.

 

Setelah kunjungan ke perpusnas, ada beberapa kesan yang ingin saya bagi. Untuk hal positif pertama dari perpusnas ini adalah bersih, mewah dan terang. Jauh dari kesan perpustakaan milik daerah yang kebanyakan tua, berdebu, dan sering kali gelap. Ini seperti layaknya gedung perkantoran modern.

 

Kedua adalah nyaman. Nyaman untuk membaca, mengerjakan tugas, bahkan nyaman untuk bengong. Dengan ademnya AC di sini dan tenangnya suasana di dalam, sangat cocok untuk kamu yang ingin mendapatkan ketenangan untuk membaca hingga bengong. Di beberapa lantai ada yang ramai, namun tidak ribut karena semua orang mengetahui adab selama berada di perpustakaan.

 

Ketiga adalah akses yang mudah. Lokasinya yang berada di jantung kota Jakarta sangat mudah untuk diakses dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Jika menggunakan Transjakarta, kamu bisa menggunakan jalur 1A dan turun di halte Balai Kota.

 

Di samping kelebihan di atas, tentu saja ada yang perlu perbaikan. Pertama, kalau sedang ramai, lift yang ada tidak mampu menampung kebutuhan lalu lintas orang yang ada di dalam. Saya terpaksa menggunakan tangga darurat jika sedang ramai. Kedua tentang masih ditutupnya beberapa fasilitas, sehingga tidak bisa digunakan untuk pengunjung. Ketiga adalah koleksi. Saya belum tahu apakah koleksi di perpusnas ini lebih lengkap dibanding perpustakaan nasional negara lain. Saya berharap perpusnas tidak lagi membanggakan “perpustakaan tertinggi”, namun suatu saat bisa membanggakan “perpustakaan terlengkap”.

 

Secara keseluruhan, perpustakaan ini sangat nyaman. Ini adalah ruang aman untuk kamu yang suka membaca buku dan mengerjakan tugas dengan gratis. Ini adalah ruang ketiga untuk penduduk Jakarta dan penduduk Indonesia secara keseluruhan. Kamu bisa menggunakan fasilitas dan berinteraksi satu sama lain tanpa membedakan kelas sosial. Bahkan, perpustakaan ini adalah ruang aman untuk kamu yang tidak suka membaca buku. Kamu bisa menikmati pemandangan sekitar monas dengan adem dari ketinggian.

 

Apakah harapan saya Indonesia mempunyai perpustakaan seperti The Library of Congress sudah terpenuhi. Mungkin belum, namun saya sangat bersyukur kita sudah punya perpusnas ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar