Anak Betawi di Parlemen - Catatan Kecil

Minggu, 23 Januari 2022

Anak Betawi di Parlemen

MH Thamrin, kebanyakan orang Jakarta mendengar nama ini sebagai salah satu jalan utama di Jakarta. Atau paling mentok mengetahui perawakan beliau dari patung yang berdiri tegap di perempatan monas, tepatnya di depan gedung X. Namun di samping itu semua, perannya untuk Jakarta jauh lebih besar. Saya akan bercerita tentang anak Betawi satu ini.

 


Lahir dari keluarga kaya, ayah Thamrin adalah Wedana keturunan Belanda bernama Tabri Thamri. Ibunya seorang Betawi asli bernama Nurhana. Sebagai anak seorang Wedana, tentu dia mempunyai akses pendidikan dan pengetahuan lebih dari anak seumurannya. Walaupun kalau kata anak sekarang dia sangat berprivileged, dia sangat dekat dengan rakyat kecil.

 

Untuk karir politik, dia berjuang melalui parlemen kala itu. Gemeenteraad atau Dewan Kota adalah majelis pertimbangan untuk kota Batavia. Kalau sekarang mungkin disebut DPRD. Melalui Gemeenteraad inilah Thamrin menyuarakan beberapa kepentingan rakyat pribumi di Batavia. Hal yang baling dicatat dalam karirnya di Dewan Kota adalah dia mendorong perbaikan fasilitas umum di kampung pribumi seperti saluran irigasi dan kanal penggendali banjir.

 

Kemudian karir Thamrin berlanjut ke Volksraad, kalau sekarang DPR. Posisi ini mulanya kosong, kemudian ditawarkan ke HOS Cokroaminoto dan Dr Sutomo, namun keduanya menolak. Akhirnya jabatan itu ditawarkan ke Thamrin. Melalui Volksraad, Thamrin mengkritik keras kebijakan perburuhan di Sumatra Timur. Berkat diplomasi yang dilakukan, sistem perburuhan itu dihapus.

 

Thamrin sangat peduli kepada dunia sepak bola. Kala itu, anak-anak pribumi kesulitan dalam mengakses lapangan sepak bola. Padahal menurutnya, sepak bola bisa dijadikan menggalang kekuatan dan persatuan di antara kaum pribumi. Thamrin menggunakan jaringan dan kemampuan diplomasinya untuk pembentukan Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), yang kini dikenal dengan Persija. Tidak hanya di level kebijakan, dia juga berperan dalam penyediaan infrastruktur sepak bola. Tidak tanggung-tanggung, dia menyumbangkan 2000 gulden untuk pembelian lapangan sepak bola. Sekarang lapangan itu masih ada yang bernama Lapangan VIJ di Petojo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar