Laut Bercerita: Tragedi dan kisah yang menyertai dan lanjutannya - Catatan Kecil

Rabu, 12 Agustus 2020

Laut Bercerita: Tragedi dan kisah yang menyertai dan lanjutannya


Anda bisa membayangkan perasaan seseorang yang menanti ketidakpastian akan keselamatan jiwa raganya, dan menyaksikan satu per satu kawan baik Anda menghilang dan tak pernah kembali? Apakah Anda dapat membanyangkan menjadi buronan dan karena itu harus berpisah dengan orang-orang yang Anda kasihi? Atau Anda diposisi orang yang ditinggalkan anggota keluarga karena dia harus berjuang untuk nilai yang dia yakini benar? Menyedihkan, gelap, dan meninggalkan luka batin yang dalam. Perasaan inilah yang coba ditangkap oleh Leila S Chudori melalui sebuah novel.


Sama seperti novel yang lain berjudul Pulang, Leila S Chudori menuturkan sebuah tragedi dengan sangat apik. Kali ini melalui novel yang berjudul Laut Bercerita, Leila menceritakan kisah tragedy penculikan aktivis 98 oleh apparat yang berujung penghilangan paksa. Tragedi itu telah menghilangkan 13 aktivis yang belum ditemukan sampai sekarang. Bahkan jejak tragedy itu masih ada. Setiap hari kamis, orang tua para aktivis yang hilang masih menuntut kejelasan keberadaan anak-anak mereka. Itulah yang disebut dengan aksi Kamisan.

Novel ini mengisahkan seorang mahasiswa bernama Biru Laut yang bergabung ke dalam organisasi politik yang menentang kediktaktoran penguasa saat itu. Perjuangan, pengejaran, dan penyiksaan yang dialami Biru Laut dan kawan-kawannya menjadi inti dari kisah novel ini.
Dimulai dari ketertarikan hal yang sama dengan seorang wanita bernama Kinanti, yaitu ketertarikan dengan karya-karya Pram dan karya sastra tentang perjuangan rakyat. Oleh Kinanti, Laut diajak bergabung dengan organisasinya. Di situlah dia mulai berkenalan dengan sahabat-sahabat lain, termasuk wanita yang dia cintai, Anjani. Organiasasi ini dianggap membuat gerah penguasa, dan pada akhirnya organiasi ini dinyatakan terlarang, dan seluruh aktivisnya diburu

Banyak hal yang saya suka dari novel ini. Pertama adalah alurnya. Alurnya dibuat maju mundur. Alur ini membuat pembaca tidak terlalu jenuh dalam mengikuti ceritanya. Hampir sama seperti novel Pulang, Leila dengan sangat rapi memenggal alur cerita. Walaupun alur maju mundur, pembaca tidak akan kebingungan dalam Menyusun kepingan peristiwa dalam pikiran.

Kedua adalah suasana yang dipelihara dalam novel ini. Walaupun ada kisah romansa, tapi suasana gelap, sedih, dan hitam mampu dirawat sepanjang cerita. Suasana ini dirawat melalui deskripsi ruang, perasaan tokoh, dan dialog antar tokoh.

Ketiga adalah sudut pandang. Ini hal yang tidak saya sangka sama sekali sebelumnya. Saya berpikir bahwa sepanjang novel akan menceritakan dari sudut pandang Biru Laut, ternyata tidak. Pada pertengahan, mulai diceritakan melalui sudut pandang Asmara Jati, adik dari Biru Laut. Dengan sangat jeniusnya, Leila ingin menceritakan bahwa sebuah tragedi itu tidak hanya berpengaruh kepada orang yang mengalami tragedy tersebut, tapi juga sangat memukul orang-orang di sekitarnya. Bahkan sebuah tragedi akan membekas cukup panjang setelah tragedi itu terjadi.

Hal yang saya kurang suka adalah karakter di sekitar tokoh utama kurang kuat. Mungkin karena tokoh sekitar yang sangat banyak, sehingga akan terlalu panjang dalam penjelasan tokohnya. Walapun seiring berjalanannya waktu, karakter tokoh-tokoh itu dikuatkan dalam respon tokoh terhadap suatu kejadian.

Jika Anda ingin mengetahui perasaan yang dialami seseorang dan orang sekitar dalam sebuah tragedi, novel ini wajib Anda baca. Novel terbaik saya kira yang mengisahkan peristiwa di kurun waktu 1998. Angkat topi cukup tinggi untuk Leila S Chudori

Tidak ada komentar:

Posting Komentar