Keputusan dan Sesal - Catatan Kecil

Minggu, 03 Januari 2021

Keputusan dan Sesal

Menurut sebuah website, seseorang mengambil keputusan 3,500 dalam sehari. Mulai dari memakai baju dari kanan atau kiri dulu, telur mata sapi atau telur dadar, memilih lagu untuk menemani perjalanan ke kantor, sampai urusan besar seperti keputusan bisnis atau keputusan menikah. Di kemudian hari ada yang dianggap keputusan yang sangat tepat, namun tidak jarang yang disesali.


Sebelum kita membicarakan tentang penyesalan, saya akan berbicara tantang dari mana seseorang mengambil keputusan. Kurang lebih seseorang mengambil keputusan dari informasi yang didapat, diproses oleh pikiran, sehingga menghasilkan sebuah kuputusan. Itu hal sederhana yang saya bayangkan kalua mendapat pertanyaan seperti itu. Pengambilan keputusan tidak akan dipengaruhi hal-hal yang terjadi setelah keputusan itu diambil.

 

Mari kita perbincangkan satu per satu. Pertama adalah informasi. Informasi ini bisa didapat dari literatur, tindakan orang, gejala alam atau apapun yang bisa ditangkap oleh indra kita. Indra kita hanya menangkap apa yang diterimanya saat itu atau sebelumnya. Sayangnya, indra kita tidak bisa menangkap hal-hal yang terjadi di masa mendatang. Setidaknya itu yang dihadapi oleh orang normal.

 

Kedua adalah pikiran. Cara berpikir dipengaruhi oleh hal-hal yang ada di dalam diri kita, yang kita dapat sebelumnya berupa pengalaman, ilmu pengetahuan, prinsip hidup, dan moral yang dianut. Informasi yang didapat akan diproses oleh cara berpikir dan dipetakan oleh hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Kita akan mendaftar keputusan apa yang mungkin diambil. Logika akan mempertimbangkan keuntungan sebear mungkin dengan resiko sekecil mungkin. Moral akan mempertimbangkan benar dan salah. Setelah semua perdebatan di kepala, terjadi mufakat satu keputusan yang diambil. Sekali lagi, ini dipengaruhi hal-hal yang kita sudah dapat sebelumnya atau saat keputusan itu diambil. Bukan hal-hal yang terjadi di depan keputusan.

 

Setelah keputusan diambil, maka kita akan bertindak sesuai dengan keputusan. Kita akan melakukan semua hal-hal yang kita bisa kita kontrol untuk melaksanakan dan mendukung keputusan itu. Lingkungan akan merespon dari tindakan yang diambil.

 

Apakah mungkin seseorang menyesali keputusan yang diambil? Walau sering terjadi, tapi jika kita pikir pelan-pelan, keputusan itu adalah hasil mufakat dari apa yang kita punya saat itu. Jika ternyata keputusan itu tidak tepat, maka itu adalah masalah di kemudian hari. Bukan salah keputusan saat itu.

 

Contohnya ada orang yang dikhianati kekasihnya, dan dia menyesal akan keputusannya menjalin tali kasih dengan orang itu. Saat memutuskan untuk menjalin kasih, apakah dia tahu kekasihnya adalah seseorang yang akan berkhianat? Tentu tidak. Informasi yang dia terima saat mulai berkencan adalah kekasihnya adalah sesorang yang baik dan menyenangkan. Karena itu dia mau berkencan.

 

Kalau kamu dikembalikan lagi ke waktu di mana keputusan mau kencan itu diambil, dengan informasi yang kamu punya saat itu, apakah kamu mau menjalin kasih dengan dia? Saya yakin jawabannya iya, karena informasi kekasilnya penghianat belum ada di memori saat itu.

 

Saya berpendapat, keputusan bisa dinilai tepat atau salah setelah keputusan itu diambil dan diwujudkan dalam tindakan. Oleh karna itu menurut saya menyesali keputusan adalah hal yang manusiawi, namun sia-sia. Kita hanya menambah beban pikiran dan sakit hati. Menyesali keputusan sebenarnya adalah rasa putus asa karena tidak dapat mengendalikan keadaan.

 

Sebagai orang beragama, ada dua hal yang mempengaruhi keputusan, yaitu hati dan takdir. Keduanya dikendalikan oleh Tuhan. Tidak ada yang kebutulan di dunia ini, begitu yang saya yakini. Jadi, agar keputusannmu tidak jelek-jelek amat, dekat-dekatlah dengan Tuhan.

 

 

***

 

 

Tulisan hari ke 3 dalam #30HariBercerita. Tema hari ini adalah keputusan. Semoga bermanfaat dan bisa lanjut sampai hari ke 30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar