Tetap Menanam walau Gagal Panen - Catatan Kecil

Jumat, 01 Januari 2021

Tetap Menanam walau Gagal Panen

Selamat tahun baru 2021, dan selamat tinggal 2020. Hampir semua suara yang muncul di twitter, setidaknya yang saya baca, berharap tahun 2021 menjadi tahun yang lebih baik dari 2020. Tahun 2020 ini mungkin menjadi tahun kesedihan. Pandemi menerpa Indonesia dan seluruh dunia tanpa adanya alarm terlebih dahulu. Begitu cepat mengubah seluruh aspek kehidupan kita.

 

Apa yang berubah di tahun 2020? Panjang daftarnya. Sejak maret saya tidak pernah bertemu dengan rekan kerja sekalipun. Tidak pernah menginjakkan kaki di kantor. Belum lagi harus berjauhan dengan orang tua. Dalam hal komunikasi pun berubah. Microsoft Teams menjadi sahabat saya. Telepon dan Whatssapp selalu terpantau. Komunikasi hangat dan dekat hilang seketika.

 

Orang-orangnya pun berubah. Banyak orang yang kita kenal, atau bahkan yang kita sayang meninggalkan kita di tahun 2020. Sederet tokoh Indonesia meninggalkan kita. Idola saya, Didi Kempot salah satunya. Tentu kelahiran manusia-manusia baru juga bermunculan. Memang begitulah siklus hidup. Tapi entah mengapa di 2020 menjadi lebih suram.

 

Entah berapa orang yang kehilangan pekerjaan karena pandemic ini. Saya tidak membayangkan di mana sekarang ibu penjual ayam tangkap yang biasa berjualan di kantin, di mana penjual cilok yang mangkal di jembatan depan kantor, atau orang-orang yang mencari nafkah dari pergerakan orang. Saya yakin Tuhan menjamin rejeki setiap makhluk. Tapi ini tidaklah mudah bagi sebagian besar orang.

 

Dengan semua deretan Panjang kesedihan itu, apakah kita berhenti bekerja? Apakah kehidupan ini berhenti seketika? Apakah kita tetap terjerembab di kesedihan ini? Dan pertanyaan paling penting, apakah layak kita berharap 2021 menjadi tahun yang lebih baik?

 

Saya melihat wawancara antara Wisnu Nugroho dengan Juki Kill the DJ di kanal Youtube Kompas. Obrolan yang sangat menarik. Awal wawancara mata saya tertarik oleh kaos yang dipakai Mas Juki. Kaos yang bertuliskan “Petani selalu menanam meski gagal panen”. Dalam perbincangannya Juki menerangkan bahwa kalimat itu mencerminkan laku untuk orang jawa. Laku bisa diartikan jalan hidup atau cara hidup.

 

Petani yang gagal panen itu bisa rugi besar di segala aspek. Mereka rugi uang, waktu dan tenaga. Meskipun begitu mereka tetap menanam dan berharap musim tanam depan akan baik dan panen. Mereka tidak berhenti menanam karena mereka mengganggap bahwa menanam adalah laku dari seorang petani.

 

Kalau saya merefleksikan diri, saya sebagai pegawai tetap bekerja walau sekarang menjadi tidak mudah. Sebagai makhluk sosial juga tetap bergaul dengan semua keterbatasan. Sebagai bagian dari keluarga, tetap interaksi walau ada penyesuaian sana-sini. Saya pun meyakini banyak orang yang melakukan hal serupa. Kita tetap berjalan walau banyak sandungan.

 

Dan sebagai “petani”, 2021 menjadi tanah yang akan kita usahakan dan tanami bersama. Jikalau tahun depan gagal panen, toh kita tetap menanam karena petani selalu menanam walau gagal panen karena menanam adalah laku.

 

***

 

Hai Blog, sudah lama tidak lama menulis opini pribadi. Makin takut untuk menulis opini. Ada suatu alasan untuk itu. Kapan-kapan akan menulis tentang ini. Saya Kembali menulis untuk 30HariBercerita. Entah bertahan sampai bertahan berapa lam. Kalau sampai 30 hari ya syukurlah, kalua cuma bertahan berapa hari, ya ga papa. Namanya juga usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar