Tradisi, antara Loyalitas dan Keterbukaan - Catatan Kecil

Kamis, 21 Januari 2021

Tradisi, antara Loyalitas dan Keterbukaan

Ada suatu masa saya adalah orang yang sangat menjaga tradisi. Sebuah atau serangkaian kegiatan yang dilakukan setiap tahun atau periode tertentu.  Saya melakukan apa yang biasa dilakukan oleh senior atau masyarakat sekitar. Menjaga tradisi sama dengan menjaga keberlangsungan organisasi tersebut dan bentuk loyalitas. Pembangkangan terhadap tradisi adalah alasan kesungguhan pengabdianmu dipertanyakan.

 


Pernah suatu masa, saya adalah pembenci tradisi. Jika ada kegiatan atau ketentuan yang saya tidak menemukan alasan logis selain “dari dulu sudah begitu.”, saya tidak mau mengikuti atau minimal saya protes. Saya tidak membenci tradisi dengan begitu saja. Saya selalu mempertanyakan alasan logis mengapa kegiatan itu dilakukan. Tidak jarang protes saya menimbulkan konflik dengan orang lain.

 

Waktu saya awal-awal, tugas pendahuluan praktikum selalu di tempel di mading lab, padahal akses internet sudah bagus. Saya bingung kenapa tugasnya tidak diupload saja di internet.  Ketika saya tanya koordinator labnya, dengan sangat bijak dia menjawab “Itu tradisi, dari dulu juga begitu.” Seketika saya protes keras langsung di hadapannya “Ya kalau cuma dari dulu begitu, kenapa ga pakai batu sekalian Mas?” Lalu saya tinggal pergi.

 

Pernah juga masalah konflik dengan senior lab tentang penggunaan identitas lab. Ketika saya tanya aturan dari mana dan siapa yang bikin, mereka menjawab “Itu aturan dari asisten lab dari dulu.” Dengan tegas saya menjawab, “Kan saya sekarang yang jadi asisten lab, berarti saya berhak mengubah aturan itu dong.”

 

Ya begitulah keras kepalanya saya dalam menentang hal yang bernama tradisi. Kalau dipikir sekarang, mungkin yang saya ucapkan dan lakukan dulu tidaklah bijak. Langsung mengambil sikap konfrontasi bukanlah langkah yang tepat. Namun begitu, saya tidak menyesali dan ingin mengkoreksi sikap itu, karena wajar jaman mahasiswa adalah jaman yang meledak-ledak.

 

Tradisi dulu dibuat pasti dengan niat baik. Orang dulu merancang tradisi dengan mempertimbangkan situasi saat itu. Dalam menjalankan tradisi, sebaiknya kita tidak fokus kepada apa kegiatannya, namun alasan dan tujuan kegiatan itu ada. Dengan berubahnya situasi, menurut saya sangat wajar kita selalu mengevaluasi sebuah kegiatan. Kita harus menyesuaikan dengan tuntutan jaman agar tujuannya tetap bisa tercapai.

 

Dengan segala keraskepalanya saya terhadap tradisi, ketika saya pergi ke suatu tempat, saya selalu menghargai tradisi di tempat itu. Mengambil posisi konflik adalah tindakan konyol. Bijak adalah sikap yang mahal dalam menyikapi sebuah tradisi.

 

 

***

 

Tulisan ke 19 dengan tema “Tradisi”. Yuk semangat kejar hutang tulisannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar