Hati-hati dengan Mantan - Catatan Kecil

Jumat, 05 Maret 2021

Hati-hati dengan Mantan

Sebelum saya meng-uninstall twitter di telepon pintar, saya masih sempat membaca bahasan terbaru yang ada di twitter. Kala itu masih ramai bahasan tentang sifat buruk mantan pacar yang dibeberkan oleh seorang perempuan. Ternyata, “korban” dari sang lelaki ini cukup banyak. Beberapa perempuan yang mengaku sebagai korban turut membeberkan perlakuan buruk si lelaki. Retweet dan like yang massif membuat berita ini cukup cepat menyebar. Kejadian ini saya baca di twitter berulang kali, dengan subjek dan bentuk perilaku yang berbeda-beda.

 

Saya tidak akan membahas tentang perilaku si pria atau wanita itu, karena saya percaya bahwa cerita itu akan berpengaruh dari siapa yang bercerita. Fakta, data dan kejadian yang sebenarnya harus dibuktikan dan divalidasi sebelum kita mengeluarkan pendapat. Ada pihak lain yang juga punya hak jawab untuk menyangggah atau membenarkan dari berita satu sisi tadi. Kita, sebagai pembaca yang sebenarnya tidak ada urusan apa-apa, selayaknya berhati-hati dalam menanggapi. Ada kehormatan sesorang yang dipertaruhkan ketika kita meretweet, like atau sekadar percaya bahwa berita itu benar adanya.

 

Cerita tentang mantan memang jarang yang indah. Lebih sering terdengar sifat sumbang ketika seseorang bercerita tentang mantan pasangan. Kita akan dengan lancar mendengar sifat buruk ketika seseorang ditanyai, “Bagaimana sih mantan pasangan kamu?”. Dan memang sudah jamak diketahui bahwa sifat buruk memang lebih nikmat untuk dibicarakan di tongkrongan dibanding kebaikan-kebaikan yang ada.

 

Seseorang yang bersamaan menyaksikan kejadian yang sama saja, bisa bercerita tentang hal yang berbeda. Ini dua orang yang punya dua kepala berbeda, dengan kepentingan yang berbeda, pastiakan menghasilkan cerita yang berbeda. Cerita akan dipengaruhi kondisi psikologis, pengalaman hidup, dan nilai yang dianut. Tentu saja fakta akan jadi sangat kabur jika seseorang cerita tentang mantan.

 

Saya tidak mengatakan bahwa dia berbohong dan perasaan yang dialami tidak valid. Tentu tidak. Sangat mungkin ceritanya benar, dan perasaannya valid. Ada kepingan cerita yang masih belum kita temukan ketika hak jawab itu tidak kita dapat.

 

Jika ada seseorang yang bercerita tentang pasangannya, dan kebanyakan memang cerita buruk, saya mungkin akan dengarkan dengan seksama sebagai teman curhat. Apakah saya akan percaya? Tidak. Pertama, itu bukan urusan saya, jadi tidak ada gunanya juga saya memvalidasi kebenarannya. Kedua, orang yang cerita tentang mantannya tidak butuh juga kita percaya karena yang dibutuhkan hanyalah temang yang mendengar. Ketiga, adalah sepanjang pasangannya tidak ada di depan saya, masih ada kepingan kisah yang hilang, yang terlalu dini untuk dijadikan asumsi.

 

***

Topik ke 24 yang ditulis di awal maret. Sudah sangat terlambat Saudara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar