Pengalaman Menggunakan Layanan Pos Indonesia - Catatan Kecil

Senin, 29 November 2021

Pengalaman Menggunakan Layanan Pos Indonesia

Halo semua, bagaimana kabar kalian akhir pekan ini? Semakin menurunnya kasus Covid diiringi dengan meningkatnya kepercayaan diri masyarakat untuk beraktifitas di luar ruangan. Berapa acara luring mulai digelar. Paling mencolok bagiku adalah Ubud Writer and Reader Festival (UWRF) diadakan dengan cara campuran (gabungan daring dan luring). Kesuksesan UWRF disusul dengan penadaan beberapa acara campuran. Di akhir pekan ini ada dua acara yang aku tahu yaitu Patjar Merah dan Ideafest. Aku datang ke Patjar Merah, dan mendapatkan beberapa cerita menarik. Aku akan ceritakan di kiriman selanjutnya.

 


Minggu ini aku juga melakukan hal yang sudah lama sekali yang tidak aku lakukan, yaitu menggunakan layanan Pos Indonesia. Waktu itu aku ada kebutuhan untuk mengirimkan barang ke beberapa penerima. Tentu pilihan penyelenggara ekspedisi beragam, namun aku menjatuhkan pilihan ke Pos Indonesia. Mengapa? Karena satu sosok yaitu Faizal Rochmad Djoemadi, CEO Pos Indonesia.

 

Aku melihat wawancara Pak Faizal dalam sebuah acara di Youtube, yaitu Beginu. Dipandu oleh Wisnu Nugroho, pimred Kompas.com, Pak Faizal mengisahkan proses transformasi yang dia lakukan di Pos Indonesia. Ada beberapa langkah strategis maupun taktis yang dia lakukan untuk membawa Pos Indonesia yang hampir mati ini menjadi bertahan atau malah lebih baik lagi. Langkah dari A sampai Z dia paparkan dalam sesi itu. Kalau istilah orang Jakarta, aku kebeli oleh paparan beliau.

 

Itulah kenapa aku memutuskan untuk menggunakan layanan Pos Indonesia. Sangat kebetulan tempat tinggalku berdekatan dengan kantor Pos yang buka 24 jam, sehingga memudahkanku  untuk mengirim barang itu kapan saja. Mungkin 3 kali aku datang ke kantor Pos tersebut. Dalam kantor Pos tersebut aku memang melihat beberapa kemajuan yang disebutkan oleh Pak Faizal, namun masih banyak ruang yang perlu perbaikan.

 

Perbaikan yang aku rasakan sebagai pelanggan adalah dibukanya layanan 24 jam itu sendiri sudah sangat bagus. Pos keluar dari kungkungan kerangka kerja itu ya jam 8 pagi sampai 5 sore. Hal kedua adalah adanya fasilitas untuk umpan balik dari pelanggan mengenai kinerja Pos Indonesia. Mulai dari memuaskan di paling atas, dan level kriminal di level paling bawah. Hal ketika adalah kemampuan pelacakan pengiriman dari barang kita. Hal ketiga yang aku apresiasi adalah ketepatan waktu penyampaian barang tersebut. Sampai sekarang aku tidak mengalami keterlambatan pengiriman barang. Bahkan jika aku mengirim barang ke orang tuaku yang ada di pelosok desa, Pos Indonesia mereupakan jasa layanan ekspedisi yang tercepat.

 

Mungkin kamu berpikir bahwa hal-hal tersebut memang standar minimum di penyedia ekspedisi, bahkan itu tidak perlu diapresiasi karena itu kewajiban. Betul, memang tidak ada yang istimewa dari hal-hal tersebut, namun aku tetap mengapresiasi perbaikan ini di Pos Indonesia.

 

Ruang perbaikan masih banyak yang aku rasakan. Pertama adalah standarisasi harga layanan. Harga layanan memang sudah tertera, namun aku menemui petugas nakal yang memainkan harga layanan. Dia menagihkan angka yang lebih besar dibanding dengan harga yang tertera. Jawaban dari dia tidak jelas. Karena aku malas berdebat dan menggali lebih dalam, ya sudah aku bayar dengan nominal yang dia tagihkan.

 

Packaging juga belum standar baik bentuk maupun harganya. Aku akan mengirimkan buku dari kantor pos di Pos Bloc, maka aku menanyakan apakah ini akan dibungkus lagi? Petugas di situ menjawab tidak. Waktu aku mengirimkan buku dari kantor Pos Cikini, petugasnya membantu membungkus lagi dengan plastik. Aku sebagai pelanggan tidak keberatan jika memang diharuskan membayar lebih untuk mendapatkan layanan pembungkusan yang bagus. Perhatian utamaku adalah keselamatan barang yang aku kirimkan, jadi membayar lebih ya tidak masalah.

 

Jika di ekspedisi lain, pasti akan diberi plastik pembungkus yang aman dan gratis. Jika kamu mengirimkan barang dengan kebutuhan perlindungan yang lebih, baru kamu akan dikenakan biaya tambahan. Biaya tambahannya pun standar di seluruh outlet. Hal ini yang tidak aku temukan di Pos Indonesia. Hal kecil yang sangat serius bagi aku.

 

Aku membayangkan berdiri di sepatu Pak Faizal, pasti aku sudah stress berat. Tidak mudah membelokkan kapal tua yang begitu besar dalam waktu yang cepat. Mentransformasikan perusahaan nasional dengan jumlah karyawan dan asset yang begitu besar tidaklah mudah. Diperlukan kerja kolosal yang dipimpin oleh kepemimpinan yang kuat. Pos Indonesia juga membuka ruang kolaborasi dengan pihak luar. Pos Bloc merupakan hasil karya dari kolaborasi Pos Indonesia dan Ruang Riang dalam pemanfaatan asset

 

Aku berharap Pos Indonesia ini bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Pos Indonesia terlalu berharga untuk tidak bangkit dalam industri ekspedisi.


Photo by Bundo Kim on Unsplash

Tidak ada komentar:

Posting Komentar