Semasa : Keihkasan dalam Melepaskan - Catatan Kecil

Minggu, 14 November 2021

Semasa : Keihkasan dalam Melepaskan

Ketika momen terlalu manis untuk dilupakan dan melekat di sebuah benda, membuat kita mempunyai perasaan yang berbeda mengenai benda tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, sudut pandang orang-orang akan berubah dan menjadi berbeda-beda, meskipun itu orang di dekat kita. Tidak jarang hal ini akan menjadi konflik di kemudian hari.

 

Hal ini yang aku tangkap dari novella tulisan Teddy Kusuma dan Maesy Ang berjudul Semasa. Novel ini memantikku untuk berpikir lebih dalam tentang momen manis. Aku menuanggkannya ke dalam sebuah tulisan. Kamu bisa membacanya di sini.

 


Novel ini menceritakan sebuah keluarga pada umumnya di Indonesia yang mempunyai sebuah rumah peristirahatan di luar kota. Rumah ini mempunya banyak kenangan bagi keluarga ini, terutama Bapak dan Bibi Sari. Bapak dan Bibi Sari ini membuat rumah tersebut di atas tanah warisan orang tua mereka.

 

Di kemudian hari, keduanya mempunya keluarga masing-masing. Bibi Sari menikah dengan pria berkebangsaan Yunani, dan mempunyai putri Bernama Sachi. Sedangkan Bapak menikah dan mempunyai anak bernama Coro. Ibu dari Coro meninggal saat Coro sedang kuliah.

 

Semua anggota keluarga mempunyai kenangan manis akan rumah itu. Mereka berkumpul dan mengunjunginya tiap akhir pekan. Banyak kisah dan petualangan yang membekas di tiap pribadi penghuninya mengenai rumah itu. Sebagaimana keluarga normal, tidak berarti mereka bebas konflik. Kadang pertengkaran menghampiri mereka, terutama antara Sachi dan Coro. Namun dengan itu semua, rumah itu sangat berharga untuk mereka.

 

Seiring berjalannya waktu, isi kepala dan pengalaman hidup masing-masing anggotanya berbeda-beda. Kebutuhan tiap orang pun menjadi berubah. Karena itu ada, suatu titik mereka harus melepaskan rumah itu. Hari itu, mereka mengunjungi rumah itu untuk terakhir kalinya. Dalam kunjungan itulah segudang dialog terjadi. Tentang masa lalu, kisah seru, kasih sayang, hingga kemarahan yang terpendam.

 

Apa saja konflik dan bagaimana akhir dari perjalanan keluarga dan rumah itu? Kamu harus membacanya sendiri di novel ini.

 

Hal yang aku suka dari novel ini adalah kekuatan dan kemudahan narasi yang digunakan. Novel ini tidak terlalu panjang, namun cukup kuat untuk menarik pembaca ikut dalam ceritanya. Kamu akan memahami sudut pandang dan suasana batin setiap tokoh. Menurutku tidak ada bagian cerita yang “mubazir” yang ada dalam novella ini. Kamu akan sangat jarang mengerutkan dahi untuk memahami. Semua dituliskan dengan kadar yang tepat.

 

Konfliknya pun tidak mengada-ngada. Cukup dekat untuk kamu rasakan sebagai anggota keluarga. Konflik yang sangat mungkin terjadi di setiap keluarga. Bahkan konflik pribadinya pun sangat dekat dengan kehidupan kita.

 

Akhir yang sangat bisa diprediksi dan minimnya twist adalah hal yang aku catat sebagai kekurangan dalam novella ini. Bahkan di ¾ bagian novella, kamu sudah tahu ini akan mengarah ke penyelesaian seperti apa.

 

Jika aku merangkum ke dalam satu kata, novella ini akan aku deskripsikan sebagai “hangat”. Kehangatan sebuah keluarga yang mencakup kasih sayang, pengertian, pengorbanan, konflik, hingga berujung dengan keikhlasan. Saya rasa kamu bisa menyelesaikan novel ini dalam sekali atau dua kali duduk. Sangat layak untuk kamu baca di akhir pekan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar