The Great Mental Models: General Thinking Concepts - Catatan Kecil

Minggu, 21 November 2021

The Great Mental Models: General Thinking Concepts

Buku ini aku baca berawal dari kekesalanku yang terkadang tidak bisa menjawab pertanyaan oleh VPku ketika aku mempresentasikan sesuatu. Kekesalan itu selalu bersumber dari satu hal, mengapa hal yang ditanyakan itu tidak terpikirikan olehku sebelumnya. Pertanyaannya sangat valid. Menjadi menyebalkan karena aku merasa bodoh karena tidak memikirikan hal itu sebelumnya. Masih banyak blind spot yang tersisa saat aku presentasi.

 


Aku mulai mengevaluasi diriku dan mulai mencari di mana titik kesalahannya. Aku menemukan bahwa aku tidak disiplin dalam berpikir dan merumuskan sesuatu. Berangkat dari situ, aku mulai mencari beberapa buku yang membantuku untuk belajar. Critical Thingking kalau orang-orang mengistilahkan. Ketemu beberapa referensi. Dari instagram@alymaharani aku menemukan buku berjudul The Great Mental Models Volume 1: General Thinking Concepts tulisan Shane Parrish dan Rhiannon Beaubien.

 

Di dalam buku ini, aku mendapatkan alat-alat untuk membantu kita berpikir lebih terstuktur dan disiplin. Ada 6 model yang membantu mempersempit blind spot di antaranya: First Principle Thinking, Though Experiment, Second Order Thingking, dan Inversion. Setiap model bisa diaplikasikan ke persoalan masing-masing. Kamu tidak perlu memakai semua model untuk memecahkan satu masalah. Pilih model yang tepat untuk masalahmu.

 

Sebagi contoh dalam First Principle Thingking, kita diajari untuk menjelaskan permasalahan yang kompleks dengan memisahkan antara fakta dan asumsi. Lima pertanyaan selalu kamu tanyakan ke dirimu saat kamu mengemukakan pendapat.

  1. Mengapa aku berpikir demikian?
  2. Bagaimana aku tahu bahwa yang aku pikirikan benar?Apa tidak sebaliknya?
  3. Apakah ada data pendukung?
  4. Apa yang dipikirkan orang lain yang mungkin jadi perspektif baru?
  5. Bagaimana jika aku salah?Apa konsekuensinya
  6. Kembali ke pertanyaan pertama untuk mengevaluasi.

Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu, maka kamu akan memperkecil resiko mengemukakan data yang salah atau tidak lengkap. Kamu akan mengerem sedikit sebelum berbicara. Ada 5 model lain seperti ini yang membantu kita lebih eksploratif dalam berpikir.

 

Apakah ini akan membantumu 100% dan pasti tidak salah? Tentu saja tidak. Dalam bagian awal buku ini pun, penulis menganalogikan bahwa model ini sebagai peta. Peta itu tidak 100% sama dengan kenyataan. Peta hanya membantu pembaca untuk menyederhanakan apa yang ada di kenyataan sehingga lebih mudah untuk digunakan dan dipahami.

 

Aku suka buku ini karena sangat bisa diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata. Tidak banyak framework yang teoritis. Bahasa yang digunakan sangat sederhana. Diberikan contoh-contoh sesuai konteks. Tidak perlu banyak waktu bagi pembaca untuk mengasosiasikan permasalah yang ada di buku dengan permasalahan yang dihadapi.

 

Akses ke buku ini bisa aku katakan lebih terbatas. Buku ini tidak tersedia di toko buku import di Jakarta. Aku sempat memesan buku fisiknya di Bookdepository. Sampai lebaran kuda tidak sampai juga itu buku. Akhirnya aku membeli buku digitalnya melalui kindle. Buku ini tidak tersedia di Playbook maupun Kobo.

 

Buku ini sangat layak dibaca oleh siapapun yang ingin memperbaiki cara berpikir dalam menyelesaikan kehidupan sehari-hari. Mungkin aku bisa katakana buku ini bisa jadi pengantar untuk beranjak ke referensi yang lebih serius dalam mempelajari berpikir kritis seperti Thinking Fast and Slow tulisan Daniel Kahneman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar