Cara Baru Menikmati Berita - Catatan Kecil

Jumat, 31 Desember 2021

Cara Baru Menikmati Berita

 Entah dimulai kapan saya mulai menyenangi membaca koran. Satu hal yang saya ingat pasti adalah, mulai kelas dua SMP, saya rebutan dulu-duluan dengan Pak Satpam untuk membaca koran di perpustakaan sekolah. Saat saya datang di pagi hari, saya meletakkan tas di kelas dan langsung meluncur ke perpustakaan. Pustakawan bahkan belum membuka dan menata koran pagi kiriman pengantar koran.

 


Koran apa yang saya baca? Jawa Pos. Setahu saya, koran besutan Pak Dahlan Iskan itu merupakan koran dengan oplah terbesar di Jawa Timur. Selain headline di halaman depan, ada beberapa rubrik yang suka saya baca, yaitu tulisan kolom Pak Dahlan Iskan, Deteksi, dan ekonomi bisnis. Di jawa timur, ada satu koran yang cukup terkenal yaitu Surya. Mungkin karena harganya murah. Saya tidak pernah membaca koran itu.

 

Berlanjut ke SMA, saya tidak ke perpustakaan lagi. Saat itu perpustakaan di SMA saya gelap, pengap, dan tidak nyaman. Akhinya saya membaca koran saat pulang ke rumah. Ayah memang langganan Jawa Pos. Kali ini competitor rebutan saya adalah kakak saya, tapi sering kali dia membaca rubrik olahraga terlebih dahulu. Rubrik yang tidak pernah saya sentuh.

 

Berlanjut ke kuliah, saya tetap membaca koran. Saya rela memangkas budget sarapan saya untuk membeli koran. Kalau sedang awal bulan, saya membaca Kompas. Harganya 3.500 rupiah. Jika akhir bulan, saya membeli Koran Tempo dengan harga 1,000 rupiah. Biasa saya baca saat jeda perkuliahan atau saat menunggu sarapan favorit saya kala itu, nasi kuning, disiapkan oleh penjualnya.

 

Era Dotcom Meledak

 

Saya mungkin orang yang terlambat membaca berita di laman daring. Saat kuliah saya masih sempat dan nyaman membaca koran cetak. Tidak ada kebutuhan untuk membuka portal berita elektronik. Hanya sesekali saja. Saat saya mulai bekerja di Jakarta, saya menilai koran cetak tidak praktis lagi. Alasan klasik, saya harus bekerja pagi hingga petang. Mulai saat itu saya mulai mengkonsumsi portal berita daring.

 

Kelebihan dari portal berita daring adalah kecepatan. Tidak perlu menunggu ke percetakan dan distribusi untuk sampai ke masyarakat. Hanya dalam hitungan detik, semua bisa tersebar. Keunggulan kedua adalah gratis. Bisnis modelnya tidak sama dengan koran cetak. Pemasukan dari oplah koran tidak ada lagi. Masyarakat dapat menikmati berita tersebut secara gratis. Portal berita mendapatkan pemasukan dari iklan yang terpasang pada laman berita tersebut.

 

Di balik keunggulan itu semua, ada dua hal yang paling menjengkelkan saya. Pertama adalah kualitas dan keakuratan berita. Dengan tuntutan kecepatan, wartawan kurang waktu untuk mendalami fakta-fakta yang ada. Saya paham ada namanya validasi berjenjang. Portal berita akan melempar berita ke masyarakat berdasar temuan awal. Seriring berjalannya waktu, wartawan menemukan fakta-fakta yang lebih lengkap dan komplit, sehingga berita yang benar-benar valid adanya di ujung.

 

Kedua adalah iklan. Saya sudah tidak ingat kapan terakhir kali membuka detikdotcom karena jengah dengan banyaknya iklan yang terpampang. Iklan merupakan pemasukan utama dari portal berita, sehingga pasti mereka mengundang produk untuk beriklan di portal mereka sebanyak-banyaknya. Bahkan ada fenomena klik bait yang diduga untuk mendongkrak traffic yang ujung-ujungnya ke perolehan pendapatan iklan.

Portal Berita Daring Berbayar

 

Sekarang perusahaan portal berita daring ramai meluncurkan model bisnis berbaru yaitu langganan berbayar. Dengan adanya langganan berbayar, saya mengharapkan kualitas konten berita akan lebih baik karena portal berita tidak kejar setoran iklan. Tidak muncul lagi berita klik bait ataupun berita yang terburu-buru sehingga validitasnya masih tanda tanya. Dengan adanya layanan berbayar ini, portal berita gratis tidak serta merta menghilang. Mereka masih mempertahankan portal berita gratis dengan bisnis model yang lama

 

Saya pertama kali langganan portal berita adalah Tempo. Saya mengincar Koran Tempo dan Majalah Tempo. Sesuai yang saya uraikan di atas, saya tidak nyaman membaca berita daring yang realtime. Ada ketidakpercayaan tentang validitas beritanya. Membaca Koran Tempo ini seperti kembali saat kuliah, bedanya ini benda elektronik. Berita tentang suatu topik diulas lebih tajam dan lebih lengkap. Kalau kita berbicara Majalah Tempo, lebih dalam lagi keakuratan investigasinya.

 

Langganan kedua adalah Gramedia Digital. Kamu tidak hanya mendapatkan koran dan majalah secara lengkap, tapi kamu bisa membaca seluruh konten digital di Gramedia, termasuk semua eBooknya. Untuk ini memang best deal menurut saya.

 

Langganan ketiga adalah Kumparan+. Ini sebenarnya isinya bukan konten berita, namun lebih banyak kolom dan opini. Kekuatan dari Kumparan+ terletak pada kontributornya. Penulis konten di sini bukanlah orang main-main. Hampir semua expert atau senior di bidangnya. Ada Seno Gumira Aji, Dea Anugrah, Zainal Arifin Mochtar dan expert lainnya. Kamu akan mendapatkan sudut pandang dari orang yang kredibel.

 

Pengalaman saya berlangganan di ketiga portal ini sejauh ini sangat memuaskan. Saya bisa mendapatkan konten yang saya bisa percaya dan saya bisa jadikan referensi. Tata bahasa yang digunakan pun lebih enak dibaca dibanding portal berita gratisan.

 

Untuk harga, saya berpendapat biaya yang saya keluarkan sudah layak. Worth it kalau kata orang. Jika kamu berlangganan satu portal berita saja, itu jauh lebih murah dibanding dengan membeli koran cetak di jaman dulu. Ada beberapa orang yang enngan membayar dengan alasan sudah terbiasa dengan berita gratis. Ada juga yang berkeberatan karena memang langganan berita berbayar tidak untuk semua level pendapatan.

 

Harapan Portal Berita Mendatang

 

Jika kualitas berita berbayar sudah semakin baik, maka konten berita berkualitas semakin melimpah. Kita bisa mendapatkan tentang topik apapun dengan mudah. Lalu, apa selanjutnya? Dengan melimpahnya konten berkualitas ini akan menimbulkan satu ruang perbaikan lagi yaitu kurasi.

 

 Kurasi, atau pemilihan konten, sering dianggap remeh. Dengan melimpahnya informasi, ada orang yang berpendapat kurasi merupakan kegiatan yang mudah dilakukan. Menurut saya, justru melimpahnya informasi itu perlu kemampuan pemilahan informasi agar orang-orang dapat menikmati konten yang sesuai dengan dia.

Jika kita mengandalkan alogoritma, maka ada resiko orang-orang akan terkungkung ke bubble kebenaran yang dia yakini karena portal berita hanya mengumpan berita yang sesuai dengan kesukaan dia. Nah, di sinilah konsep kurasi yang saya bayangkan akan dibutuhkan di masa mendatang. Kebutuhan perimbangan informasi untuk semua orang yang akan mengurangi bubble kebenaran masing-masing orang.

 

Saya semakin senang dengan muculnya langganan porta berita ini. Semoga industri media semakin sehat dan masyarakat makin mudah mendapatkan konten berkualitas.

 

Terima kasih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar