Kabur dari Jakarta - Catatan Kecil

Sabtu, 08 Januari 2022

Kabur dari Jakarta

Saat saya kuliah di Bandung, tiap akhir pekan saya ngomel karena Bandung macet dengan absurdnya. Pusat kota dan ke arah lembang penuh dengan nopol B. “Ngapain sih orang Jakarta selalu ke Bandung tiap akhir pekan?” Sekian tahun kemudian saya tetap ngomel. Bedanya saya melihat diri saya dalam mobil tersebut.

 


Jenuh mengabiskan waktu akhir pekan di Jakarta adalah wajar. Saya pun sering melakukannya. Terbatasnya pilihan tempat hiburan menjadi alasan utama. Mall, Ancol, Kota Tua, atau tempat ngopi. Alasan kedua adalah nyari suasana baru. Pingin lihat pantai atau yang hijau-hijau gitu rasanya. Sudah bosen dan jenuh lihat gedung tingkat sama beton-beton.

 

Masalah pantai dan yang hijau-hijau, saya mau ngomel sedikit. Kerasa ga bahwa warga Jakarta mempunyai kesulitan untuk mengakses pantai? Sebagian akses pantai dikuasai pengembang swasta dan menjadi perumahan mewah, sebagian lagi menjadi pelabuhan dan kawasan ekonomi. Saking susahnya akses ke pantai oleh warga Jakarta, kita sampai lupa bahwa Jakarta itu kota pesisir. Orang Jakarta kalau nyari harus ke Bali.

 

Untuk kawasan hijau, rasanya sangat sedikit kita menemukan kawasan yang rimbun dengan pohon. Kalaupun ada, kembali, itu dikuasai oleh pengembang swasta. Kita masih terselamatkan oleh taman-taman kota, walau jumlahnya tidak terlalu banyak yang dapat dikategorikan terawat dengan baik. Untuk mendapatkan oksigen melimpah, orang Jakarta berbondong-bondong ke kawasan Puncak.

 

Untuk yang jenuh dengan Jakarta yang semrawut dan yang pingin lihat kota rapi, bisa kabur ke Singapore. Dengan melimpahnya penerbangan antara Jakarta ke Singapore, membuat biaya ke Singapore menjadi jauh lebih murah dibanding dengan periode sebelum meledaknya LCC. Atau kamu bisa kabur juga ke Kuala Lumpur. Sedikit lebih rapi dibanding Jakarta, namun tidak semahal kalau plesir ke Singapore.

 

Tapi perlu yang kita sadari adalah, tempat-tempat kabur dari Jakarta yang bertebaran di media sosial itu hanya bisa dilakukan oleh kalangan menengah ke atas. Tidak murah pasti untuk mendapatkan itu semua. Pilihan mereka menjadi sangat terbatas. Perlu dipersiapkan tempat "kabur" di dalam kota yang bisa diakses semua lapisan masyarakat. Saya sangat senang pengadaan taman kota dan RPTRA yang masif yang diinisiasi era Pak Ahok bisa menjadi alternatif hiburan untuk semua kalangan. Semoga inisiatif untuk masyarakat bawah untuk healing di tengah kota makin banyak di kemudian hari.

 

Oh iya, saya akan merekomendasikan beberapa tempat untuk bersantai di Jakarta dengan gratis dan adem:

  1. Taman Suropati. Terawat, bersih dan rindang. Berada di kawasan menteng.
  2. Taman Situ Lembang. Tempatnya agak tersembunyi. Tidak jauh dari Taman Suropati. Di sana bersih, cukup rindang, dan yang penting ada angsa yang lucu.
  3. RPTRA Kalijodo. Ini cocok buat kamu yang suka main skate. Berada di Kawasan Jakarta Barat
  4. Lapangan Banteng. Cukup luas buat lari, cukup bagus buat foto-foto, dan cukup rindang untuk santai.
  5. Taman Langsat. Setahu saya sedang dalam perbaikan, namun sangat nyaman untuk bersantai di kawasan Jakarta Selatan.

Syukurnya pemerintah mulai menaruh perhatian serius pentingnya taman kota dan RPTRA di kawasan Jakarta untuk warga melepas penat dan menghindari kejenuhan untuk semua kalangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar