Mengubah Wajah Kota, Perlahan - Catatan Kecil

Selasa, 04 Januari 2022

Mengubah Wajah Kota, Perlahan

Pertama kali saya terbuka kesadaran saya tentang kota ketika saat itu saya tidak sengaja ikut dalam lingkaran obrolan dalam sebuah acara di Bandung. Di situ ada aktivis perkotaan yang juga arsitek brilian, yaitu Ridwan Kamil. Kang Emil mengatakan bahwa kota yang penuh dengan masalah itu bisa dikatakan nasib. Nasib yang bisa diubah oleh penduduk kota itu dengan kreatifitas dan kolaorasi. Sejak saat itu pandangan saya tentang kota dan segala pernak-perniknya berubah.

 


Melompat ke tahun baru 2022, saya menghabiskan waktu dengan membaca buku tulisan Handoko Hendroyono, seorang yang dulu dikenal dengan creative agency periklanan. Sekarang beliau mengelola perusahaan bernama ruang riang. Akhir-akhir ini namanya moncer karena berhasil mengubah bangunan tua yang tidak produktif menjadi etalase produk lokal yang sangat ramai. Di Jakarta, ada dua Gedung yang berhasil dia ubah menjadi tempat nongkrong hits, yaitu Gedung Peruri di Kawasan Blok M, dan Gedung Filateli di kawasan Pasar Baru.

 

Mbloc, begitu nama tempat itu sekarang. Letaknya di depan kantor kejaksaan agung. Dulu merupakan gedung tua yang kotor dan tidak berfungsi. Gedung bekas perumahan karyawan peruri ini berubah menjadi ruang kreatif dan ruang ekonomi. Gagasan itu hasil kolaborasi antara Glenn Fredly, Handoko, dan beberapa rekan lainnya. Tujuannya adalah menyediakan ruang kreasi bagi musisi independent sekaligus menjadi etalase brand lokal. Handoko memang sangat getol mengadvokasi brand-brand lokal.

 

Gedung Filateli yang terletak di sebelah Gedung Kesenian Jakarta di kawasan Pasar Baru juga diubah menjadi ruang ekonomi kreatif bernama PosBloc. Saya masih ingat, dulunya di sini hanya ada Starbucks. Saya sering nongkrong di sini karena banyak kucing liar. Sekarang wajahnya berubah. Menjadi terang, bersih dan bisa digunakan secara penuh untuk aktifitas ekonomi dan berbagai kegiatan.

 


Setidaknya ada dua permasalahan yang coba disolusikan dengan pemanfaatan ruang ini, yaitu ketersediaan etalase produk lokal, dan penyediaan ruang kreatifitas. Dua tempat ini memang fokus untuk etalase produk-produk lokal terkurasi yang bisa meningkatkan nilai dari produk tersebut. Permasalah kedua adalah mengatasi keterbatasan ruang kreatifitas. Di Mbloc, memang dicita-citakan untuk musisi independent tampil di aula yang ada di sana. Para seniman tidak lagi tergantung terhadap ruang-ruang yang dimiliki oleh pemerintah.

 

Kembali ke obrolan saya di Bandung. Kang Emil menekankan bahwa tanggung jawab mengubah wajah kota dan menyelesaikan masalah perkotaan merupakan tanggung jawab semua pihak. My City, My Responsibility. Pelaku kreatif didorong untuk memberikan dampak ke lingkungan tempat dia tinggal. Kreatifitas bukan hanya untuk kalangan pelaku kreatif, namun untuk masyarakat umum. Handoko Hendroyono merupakan contoh nyata bagaimana kreatifitas bisa mengubah wajah kota.

 

Harapan yang lebih besar adalah, kerja kreatifitas seperti ini bisa dilakukan oleh pemegang kekuasaan agar mendapatkan dampak yang lebih masif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar