Kehidupan sosial suatu masyarakat, sering kali tidak lepas dengan suasana religi dan spiritual. Begitupun juga dengan kehidupan penduduk Batavia lama. Semakin banyaknya orang-orang Belanda dan Eropa yang menetap di Batavia, makin besar kebutuhan akan gereja sebagai tempat beribadah dan ekspresi religiusitas. Gereja pertama disinyalir berada di lokasi museum wayang kota tua. Bangunan aslinya sudah tidak berbentuk. Di situ juga disinyalir makam dari pendiri Batavia, Jan Pieterzoon Coen.
Pejabat VOC
yang didominasi pemeluk Kristen Protestan menjadikan Kristen sebagai agama resmi
dan mayoritas di Batavia kala itu. Bahkan pekerja Poturgis yang beragama
Katolik dipersyaratkan untuk memeluk agama Kristen jika ingin tinggal di
Batavia. Hal ini membuat komunitas Katolik tidak bisa berkembang, apalagi
mendirikan gereja. Hal ini berlangsung cukup lama hingga angin segar berhembus
saat kekuasaan Belanda jatuh ke tangan Perancis.
Di saat Herman
Williem Daendles menjadi gubernur Hindia Belanda, dia memindahkan pusat
pemerintahan dari Batavia lama ke Welte Vreden. Di saat itu juga, komunitas Katolik
diberi kelonggaran untuk menyelenggarkan misa. 1808 digelar misa terbuka
pertama di Batavia. Dua tahun kemudian, umat Katolik di Batavia memiliki gereja
Katolik pertama yang berlokasi di kawasan Senen. Mulai saat itu, umat Katolik
mulai berkembang di Batavia.
Pada 1826,
gereja ini terbarkar sehingga setahun kemudian, umat katolik mendirikan gereja
baru di kawasan waterlooplein (lapangan Banteng). Gereja itu diberi nama Gereja
Santa Maria Diangkat ke Surga. Setelah mengalami beberapa pemugaran, pada tahun
1890 gereja ini rubuh total. Umat Katolik mendirikan gereja baru di tanah
tersebut. Karena kesulitan dana, pembangunan gereja ini memakan waktu yang
cukup lama. Pembangunan gereja akhirnya selesai pada tahun 1901.
Pembangunan
gereja Katedral digawangi oleh Pastor Antonius Dijkmans, seorang Pastor yang
juga arsitek. Gereja ini dibangun dengan gaya arsitektur neo-gotik yang saat
itu sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja. Jika kita perhatikan Menara-menaranya,
makin ke atas makin sedikit ornament dan makin runcing. Ini melambangkan jika
kita menghadap ke Tuhan, kita bersiap untuk “polos”, tidak banyak kosmetik. Gereja
Katedral ini berbentuk salib jika dilihat dari atas. Hingga sekarang, bangunan
yang ada tidak mengalami banyak perubahan. Bentuk asli masih dipertahankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar