Aku terbangun dengan badanku demam tinggi. Aku meminta izin kantor untuk berisitirahat di rumah. Tak kuat rasanya aku harus pergi berpayah-payah ke kantor dengan suhu badan hampir mencapai 38. Kepala pusing, dan tenggorokan sakit. Entah apa yang terjadi. Padahal, kemarin aku sangat sehat. Aku teringat satu hal, hari ini aku janjian ketemuan dengan Kak Flo. Dia mengajakku untuk meet up. Aku harus segera mengabarinya dan membuat janji baru. Tak enak rasanya, tapi badanku tidak bisa diajak kompromi saat itu.
Setelah menjadwalkan ulang, akhirnya aku ketemu dengan dia. Dia mengajakku ketemuan di PP. Lokasi yang tak terlalu jauh dari kantorku. Dengan menggunakan taksi, aku berangkat di saat jam istirahat. Dia sudah menungguku di sana. Aku, orang yang tak terlalu bisa berbasa basi, segera menanyakan maksud dan tujuan ketemuan itu. Singkatnya, dia menyatakan akan pensiun.
Bagai sambaran geledek di siang terik, aku bingung harus merespon apa. Ada beberapa rencana yang tak bisa tertulis di sini. Pada intinya, 2025 adalah acara terkahir dia. Dia menawariku untuk mengambil peran lebih dari sebelumnya. Aku menyatakan ingin menjadi Project Manager. Iya, aku bertaruh waktu, tenaga dan biaya untuk menjadi PM. Sebuah posisi yang tak terbayangkan sebelumnya untuk aku ambil.
Selang minggu kemudian, kami berkumpul dengan beberapa tim yang menyatakan bersedia berkontribusi di TEDx Jakarta 2025. Karena kami tidak punya ruangan meeting, jadi kami berkumpul di food court Plaza Senayan. Dengan sangat pede dan cueknya, kami menggelar meeting di food court. Sebuah tempat yang tidak cukup ideal, namun pada akhirnya kami ambil. Beruntung pagi itu masih sepi, sehingga tak mengganggu fungsi utama tempat itu.
Sebagai orang yang hanya berkutat di belakang layar, aku tak mengenali semua wajah. Padahal, mereka sudah berperan di event sebelumnya. Masing-masing dari kami menyatakan aspirasi posisi yang kami ingin ambil perannya. Ada yang berubah dari peran tahun sebelumnya, ada yang masih bertahan di divisi yang lama. Kami menyepakati akhir April sebagai target penyelenggaraan event.
Singat cerita, terbentuklah core tim yang terdiri dari beberapa divisi. Ini itu segera dirancang di akhir tahun. Target awal dari penyelenggaraan event ini adalah akhir April. Namun, menimbang satu dan lain hal, event kita putuskan untuk diundur di awal Agustus. Mengapa 2 Agustus? Karena hanya tanggal itu Gedung PPHUI tersedia. Bagaiamana kelanjutan proses sampai event? Akan aku gambarkan di tulisan berikutnya.
Aku ingin merefleksikan awal-awal tawaran peran ini. Project Manager, sebuah posisi yang tak pernah terbayangkan untuk ditawarkan ke aku, atau aku ambil, apalagi di organisasi TEDx Jakarta. Organisasi yang tidak hanya lebih dari 10 tahun aku bergabung, tapi sebuah organisasi yang aku kagum padanya. Aku sudah kagum dengan TEDx Jakarta sejak aku kuliah di Bandung, jauh sebelum aku bergabung. Tak pernah aku punya kesempatan hadir di eventnya. Aku hanya menikmati karyanya melalui Youtube.
Pernahkah kamu mencintai sesuatu, sampai level kamu menolak diberi benda itu karena takut merusaknya? Memang TEDx Jakarta bukan benda dan bukan milih pribadi. Komunitas ini adalah milik semua volunteer dan semua sahabat yang mendukungnya. Tapi begitu perasaanku saat ditawarkan peran lebih. Tentu aku ingin berkontribusi lebih, namun karena kekagumanku terhadap komunitas ini, ada perasaan untuk mencegahku. Takut aku merusak sesuatu yang aku cintai dan kagumi benar.
Pada akhirnya aku menerimanya, dengan beberapa prasyarat yang aku ajukan ke diriku sendiri. Pertama, aku sadar aku tidak bisa menjalankan peran ini dengan kemampuanku yang ada saat itu, sehingga aku harus segera mengupgrade kemampuanku dengan berbagai cara. Membeli beberapa buku, dan menghubungi senior leader yang ada di kantorku untuk mentoring. Kedua, aku harus mau berproses bersama Kak Flo dan tim lain. Banyak hal yang aku tak tahu sebelumnya, sehingga open mindset harus benar-benar tertanam.
Dengan dua prinsip itu, aku menerima tawaran kala itu. Kak Flo, dengan leadershipnya yang mengagumkan itu, tak pernah terlalu menuntutku ini itu. Dia hanya menemaniku dalam berproses.
Dan bagaimana prosesnya? Sampai jumpa di tulisan berikutnya.