2018 - Catatan Kecil

Senin, 19 November 2018

Cukup Di Jakarta Saja

November 19, 2018 0
Cukup Di Jakarta Saja
Hari kejepit!! Yeaayy…. Saya tiba-tiba senang mengetahui di November ini ada hari kejepit. Saya baru mengetahui seminggu sebelumnya, karena saya jarang sekali melihat kalender. Selasa libur, berarti senin harus cuti nih, pikir saya. Dan seketika saya mendapatkan long weekend. Seketika pilihan liburan ke mana menjadi topik utama di otak saya. Dan seketika membuka web Sriwijaya Air. Mau ke mana kita long weekend itu?

Sekilas Cerita di UWRF

November 19, 2018 0
Sekilas Cerita di UWRF
Tenyata niat untuk merekam setiap aktivitas di UWRF per harinya tidak terlaksana. Kegiatannya lebih padat dari yang saya banyangkan sebelumnya. Hampir penuh dari pagi sampai malam hari, mulai dari diskusi, pesta puisi, sampai screening film. Dan saat kembali ke hotel pun rasanya sudah lelah dan segera istirahat untuk memastikan besok pagi sudah segar untuk kegiatan lagi. Keliling ubud pun tidak terjadi dalam travelling ini. Kegiatan saya hanya terpusat di tiga tempat, yaitu venue kegiatan, tempat makan, dan hotel. Venue kegiatan UWRF ada di beberapa titik. Disediakan shuttle car setiap 30 menit jika kamu semua tidak membawa kendaraan. Jika kamu memang cukup mobile untuk beberapa hari itu, mungkin sewa motor jadi alternatif menarik.

Rabu, 24 Oktober 2018

UWRF, Nunggu Boarding

Oktober 24, 2018 0
UWRF, Nunggu Boarding
Catatan ini ditulis di bandara sambil menunggu boarding. Sebelum subuh saya sudah rapi dengan minyak wangi dan mata yang berkedip 5watt. Hari ini saya akan menuju Bali, tepatnya di daerah ubud. Ubud Writer and Reader Festival (UWRF) begitu nama acara yang membuatku rela cuti dua hari di tengah gempuran kerjaan dari Pak GM. Meninggalkan kantor dua hari memang tidak pernah mudah, tapi melewatkn UWRF bukan pilihan yang menarik untuk diambil. Entah dari bulan kapan, saya sudah merencanakan untuk hadir. Berbekal tiket terusan early bird, tiket sakti sriwijaya, dan hostel murah di ubud, saya beranikan diri berangkat.

Mulanya saya tidak ingat kapan saya mengenal acara ini. Kemungkinan dari instagram penulis-penulis sakti macam Aan Mansyur atau Dee yang hadir tahun lalu. Saya sebagai penulis pembaca, merasa sayang untuk melewatkan acara ini. Sebenarnya acara macam ini juga ada di Jakarta. Salah satunya International Writer Festival. Tapi daya pesona ubud memang membuat acara satu ini begitu menarik. Agendanya? Ada diskusi, workshop, pertunjukan seni, dan acara paling asyik yaitu poem slam. Ya semacam open mic kalau di stand up comedy atau ngejam di musik..

Catatan kecil akan merekam kegiatan UWRF perharinya. Semoga menyenangkan semuanyaa….

Sabtu, 20 Oktober 2018

Morning Person atau Night Owl

Oktober 20, 2018 0
Morning Person atau Night Owl

Ada yang mengatakan bahwa morning person atau night owl tertanam dalam genetic kita. Ada yang mengatakan ini merupakan kebiasaan saja yang bisa saja dibentuk. Dan beberapa sumber mengatakan masing-masingnya punya kelebihan. Jika morning person lebih bisa mencapai keberhasilan akademik, namun night owl lebih mudah mengingat. Namun apapun itu pada kenyataannya dunia kerja tertama yang berada dalam ikatan office hour 9 to 5, secara tidak langsung menuntut kita menjadi morning person.

Jika pertanyaan ini ditanyakan sebelum saya kerja, mungkin dengan tegas saya akan menjawab Night Owl, tapi saat ini? Hemm… nanti dulu.

Kebiasaan night owl saya dimulai saat saya SMP. Saat itu, saya tergabung dalam kontingen kesenian karawitan. Guru kami membiasakan untuk menggarap musik di malam hari. Selain distraksinya kecil, entah mengapa ide-ide musik liar bermunculan di malam hari. Akhirnya dalam sebulan, kami sering bermalam di ruang musik di sekolah.

Kebiasaan night owl berlanjut ke SMA dan kuliah. Banyak kegiatan, entah itu rapat, mengerjakan tugas, atau riset saya lakukan malam hari. Dan alasannya sama, distraksinya kecil. Kebiasaan menulis pun saya lakukan di malam hari. Ide serasa bersembunyi di siang hari. Mungkin ide-ide itu adalah makhluk nokturnal. Dan puncaknya saat pengerjaan tugas akhir. Seingat saya, saya tidak pernah mengerjakannya di siang hari. Baik penulisan maupun simulasi saya kerjakan di malam hari sampai dini hari.

Kenapa saya begitu menyukai menjadi night owl? Distraksi, itu alasan utamanya. Entah kenapa saya gampang terganggu atau konsentrasi saya teralihkan jika siang hari. Riuhnya orang, suara kendaraan, musik, atau bunyi-bunyi lainnya begitu mengganggu saya untuk hadir utuh di mana saya berada. Karena itu saya harus menghadirkan diri saya sendiri untuk hadir di tempat sunyi, tanpa musik, tanpa dialog yang tidak perlu.

Dan bencana mulai saat bos saya mengharuskan saya datang on time, pulang on time. Karena sebelumnya, saya bisa datang siang dengan konsekuensi saya pulang juga malam. Oh My God. Saya tahu datang on time dan pulang on time merupakan kebiasaan baik, tapi saya masih terus belajar. Bagaimana saya bisa hadir utuh dan penuh di siang hari? Membiasakan kebiasaan baik memang tidak pernah mudah, dan tidak ada salahnya untuk dicoba.

Jumat, 12 Oktober 2018

Coffee Person

Oktober 12, 2018 0
Coffee Person

Coffee person atau tea guy?

Kalau ini dengan tegas aku jawab coffee person.

Dalam sejarahnya, kopi diduga masuk ke nusantara pada sekitar tahun 1690 dengan diselundupkan oleh bangsa belanda dari kawasan Arab ke nusantara. Dengan aroma khasnya dan rangsangan yang ditimbulkannya, kopi dengan cepat populer di nusantara. Dan hingga sekarang, mungkin sebagian dari kita tidak akan melewatkan pagi hari tanpa kopi. Don’t talk to me before coffee, begitu istilah populernya.

Saya tidak ingat kapan saya berkenalan dengan kopi dengan sangat intense. Sewaktu kecil, orang tua saya menanamkan pemahaman kalau kopi itu adalah minuman orang dewasa, sehingga saya boleh meminum ketika saya sudah dewasa. Karena itu seingat saya, saya tidak intense atau setidaknya suka minum kopi hingga SMA. Begadangan saat itu bisa saya lalui tanpa kopi sedikitpun. Rasanya badan saya bisa diajak bekerja sama sampai malam tanpa berkenalan dengan minuman hitam itu. Bahkan sampai di awal kuliah, saya tidak suka minum kopi.

Saya menduga, saya berkenalan dengan kopi dengan sangat intense ketika saya masuk lab. Bukan karena saya jatuh cinta dengan senyawa bernama kafein, lebih karena lingkungan saya minum kopi sejati. Membahas paper sampai riset malam hari kami lalui dengan segelas kopi panas untuk masing-masing kami. Sekali dua kali, dan mulai keterusan. Dan tubuh ini mulai dirasuki biji-biji kopi nan harum itu. Mulai dari kopi susu yang lebih banyak susunya, hingga kopi hitam. Puncaknya saat masa-masa pengerjaan TA berlangsung. Saya tidak pernah melewatkan malam-malam TA  tanpa kopi. Yap, dan resmilah saya menjadi coffee person.
Penderita maag dan penikmat kopi, adalah dua kepribadian yang tidak bisa bersatu. Dan kesialan tersendiri jika itu berkumpul dalam satu tubuh. Perut yang sensitif memang tidak bersahabat dengan biji asli Ethiopia itu. Kopi yang sangat ringan menjadi pilihan terakhir jika tubuh butuh asupan kafein di pagi hari. Lupakan kopi artisan dengan keharumannya di pagi hari. Bolehlah kalau Anda mengajak saya ngopi-ngopi di malam hari.

Kamis, 05 Juli 2018

Surga Kuliner itu Bernama Solo (part 2)

Juli 05, 2018 0
Surga Kuliner itu Bernama Solo (part 2)
Melanjutkan petualangan kuliner di kota Surakarta, dan di saat malam sudah mulai menemui kota ini, saya menuju Nasi Liwet Wongsolemu. Nasi liwet adalah nasi gurih mirip nasi uduk, yang disajikan dengan sayur labu siam, suwiran ayam dan areh (santan kental). Ketika kita mengetikkan nasi liwet, nama nasi liwet wongsolemu berada di beberapa list rekomendasi. Nasi liwet Wongsolemu berada di daerah keprabon. Nasi liwet di sini cenderung manis, tapi juga gurih. Manis didapat dari masakan sayur labu siam yang dimasak mirip dengan gudeg, dan rasa gurih dominan berasal dari areh. Anda juga bisa meminta menambahkan jeroan, kepala ayam, telur, atau lauk lain. Makan di sini sangat nikmat karena juga diiringi alunan lagu jawa yang dimainkan oleh pemain siter.
 
Nasi Liwet Wongso Lemu
Jl. Teuku Umar, Keprabon, Banjarsari, Kota Surakarta
Buka: 16.00 – 24.00
Kisaran Harga: 15.000 per orang

Keesokan harinya setelah saya check out dari hotel, saya berniat sarapan di Timlo Sastro. Timlo Sastro berada di daerah Pasar Gede. Daann… ini menjadi kuliner favorit saya di Solo. Timlo Solo ini kalau saya bilang terlalu gelap untuk dibilang sup, tapi terlalu ringan kalau dibilang soto. Jadi bayangkan saja gabungan soto atau sop yang berisi potongan sosis khas solo, daging ayam, telur ayam, atau jeroan ayam. Sosis khas solo itu berbentuk seperti martabak, tapi isinya sangat tipis. Ketika anda mencicipi kuahnya, ini sangat segar, gurih, tapi cukup ringan. Kalau menurut saya, ini cocok dinikmati kapan saja. Tapi saya menikmatinya di saat sarapan. Anda bisa memesan denga nisi sesuai dengan keinginan kamu. Timlo komplit bisa kamu nikmati dengan harga 20.000 Ditemani nasi putih hangat jika kamu ingin. Alunan lagu keroncong dari pengamen menambah kenikmatannya.

Timlo Sastro
Jalan Kapten Mulyadi No.8, Sudiroprajan, Jebres, Sudiroprajan, Jebres, Kota Surakarta
Buka: 06.00 – 03.30
Kisaran harga: 25.000 per orang

Dan sebagai penutup sebelum pulang ke Jakarta, saya meluncur ke sate Buntel Mbok Galak. Berada agak di pinggir solo, saya meluncur menggunakan ojek online. Sesampainya di sana, saya dikejutkan dengan berjejalnya pelanggan. Di warung ini tersedia olahan kambing seperti sate, sate buntel, tengkleng, dan gule. Kali ini saya memesan sate buntel. Sate buntel terbuat dari cincangan daging kambing, yang dililitkan ke tusuk sate, dan dibungkus (dibuntel) dengan lemak kambing. Satu porsi berisi dua buah sate. Tapi tenang, karena ukurannya yang cukup besar, dua tusuk sudah sangat cukup untuk satu orang. Gurih, tidak prengus, dan nikmat yang saya bisa ucapkan untuk masakan ini. Untuk sate, kamu bisa memesan langsung di dapur.

Sate Buntel Mbok Galak
Jl. Ki Mangun Sarkoro No.112, Sumber, Banjarsari, Banyuanyar, Sumber, Banjarsari, Kota Surakarta,
Buka: 08.00 – 19.00
Kisaran Harga: 40.000 per orang

Minggu, 01 Juli 2018

Surga Kuliner itu Bernama Solo (part 1)

Juli 01, 2018 0
Surga Kuliner itu Bernama Solo (part 1)
Membalaskan dendam tidak bisa kulineran waktu ke Jogja kemarin karena memang sedang bulan puasa, kali ini saya membuat bucket list kulineran, tapi bukan di Jogja, agak bergeser sedikit, tepatnya di Solo. Surakarta, atau lebih dikenal dengan Solo, tidak hanya terkenal dengan kota batik dan budaya, namun juga surga kuliner. Jadi kamu yang ingin traveling ke kota dengan segudang legenda kuliner, mungkin Solo harus berada di urutan teratas daftarmu.

Jika kamu ingin menuju pusat kota Solo dari bandara, pilihan transportasinya sangat terbatas. Hanya ada taksi resmi, atau bus Damri. Kali ini saya menggunakan Bus Damri dengan ongkos 25 ribu. Tiketnya bisa kamu beli di pintu keluar di terminal kedatangan. Turun di jalan Slamet Riyadi. Dari situ kamu bisa gunakan transportasi online.

Kembali ke kuliner, list pertama saya adalah Tengkleng Bu Edi, letaknya di dekat pasar klewer. Tengkleng ini sangat terkenal. Namanya muncul di setiap rekomendasi kuliner Solo. Dengan semangat saya menuju ke sana. Dan ternyata kejutan menemui saya. Tengklengnya tutup 4 hari. Menurut penjual sekitar, tengklengnya di booked salah satu pejabat tinggi untuk acara open house.

Dengan kesal, saya langsung menuju ke list kedua, yaitu Warung Sate Pak Manto. Di warung ini kamu bisa menikmati berbagai olahan kambing, yaitu tengkleng kambing, sate kambing, sate buntel, rica kambing. Pengunjungnya rame pake banget. Untuk memesan kamu harus menuju ke kasir dulu. Kali ini saya memesan rica kambing karena item lain akan saya coba di warung lain di list saya. Saya tidak menyangka satu porsi cukup banyak. Mungkin bisa untuk dua atau tiga orang. Rasanya? Hmmm… rasa rempah yang didominasi merica sangat terasa bercampur kecap manis. Dagingnya sangat empuk, saking empuknya, kamu tidak perlu susah melepas dari tulangnya. Degan porsi besar, harganya 60 ribu. Buat kamu yang tidak tahan merica atau punya penyakit maag, hati-hati yaa. Merica yang kuat bisa membuat perutmu panas jika kamu menikmatinya dengan perut kosong.

Sate Kambing Pak Manto
Jalan Honggowongso No.36, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah
Buka: 07.00 - 21.00
Kisaran Harga: 100ribu untuk 2 orang

Berlanjut sore harinya saya ke tengkleng Mbak Diah. Letaknya di daerah Solo Baru. Saya ke sini untuk menggantikan tengkleng Bu Edi yang tutup. Tengkleng Mbak Diah ini juga cukup terkenal. Menurut beberapa referensi, Tengkleng Mbak Diah ini langganan presiden kedua RI, Bapak Soeharto.Warung ini juga menyediakan sate, namun kali ini saya hanya memesan tengkleng. Setelah saya rasakan, kuahnya segar, dagingnya empuk dan tidak prengus. Jika ingin ada rasa pedas, kamu bisa menggeprek cabe yang disertakan. Tengkleng bisa kamu nikmati dengan harga 30 ribu perporsi. Karena rasa kuahnya gurih dan segar namun cukup ringan, tengkleng bisa kamu nikmati untuk makan siang ataupun makan malam.
Tengkleng Mbak Diah
Desa Tanjunganom RT.002 / RW.001, Kwarasan, Grogol, Kwarasan, Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
buka: 09.00 - 21.00
Kisaran Harga: 35.000 - 40.000 per orang

Penelusuran kuliner saya berlanjut ke minuman, dan saya memilih susu segar. Mungkin banyak kedai susu segar di kota Solo, tapi kali ini saya memilih kedai susu Shi Jack cabang veteran. Kedai susu ini buka di malam hari. Di kedai ini selain menyediakan susu dengan berbagai rasa, juga terdapat cemilan atau jajanan khas angkringan seperti sate usus, sate bakso, gorengan, nasi kucing, dan favorit saya, ketan bakar. Harganya masuk untuk kantong mahasiswa sekalipun. Saya memesan susu segar tanpa rasa. Dan rasanya cukup menghangatkan badan saya di malam itu.

Susu Segar Shi Jack
Jalan Veteran 180, Surakarta
Buka: 16.00-23.00
Kisaran Harga : 7.000 - 15.000 per orang 

Masih ada beberapa list yang saya kunjungi, namun akan saya ceritakan di part 2. Surga kuliner itu memang bernama Solo.

Senin, 11 Juni 2018

Short Escape ke Bali

Juni 11, 2018 0
Short Escape ke Bali
Bali merupakan destinasi wisata yang tak akan habis untuk dieksplorasi. Tidak sedikit waktu yang diperlukan untuk menikmati seluruh keindahan bali. Saya berkesempatan untuk solo traveling ke Bali. Namun kali ini, saya hanya mempunyai waktu tidak lebih dari dua hari satu malam di Bali. Di waktu sesingkat itu, apa saja yang saya lakukan di Bali? Bagaimana itinerary yang saya buat?

Saya memilih untuk menikmati bali dengan sangat “slow”, karena tujuan saya ke Bali kali ini memang menikmati waktu senggang. Juga sekalian nyolong-nyolong human interest photography. Yang dibenak saya, saya ingin nyantai se nyantai-nyantainya. Karena itu saya tidak membuat itinerary yang mengintimidasi waktu saya. Dikarenakan saya memakai “tiket sakti” Sriwijaya Travel Pass, saya harus mengikuti waktu yang dipunyai Sriwijaya Air. Beruntungnya dari Jakarta ke Denpasar ada penerbangan pagi. Ya lumayanlah sedikit waktu yang terbuang. Saya sampai di bandara Ngurah Rai sekitar pukul 10.00. Kali ini saya menyewa motor matic agar lebih enak kemana-mana. Lebih fleksibel.

Tujuan saya yang pertama adalah Pura Tirta Empul. Mengapa pura ini? Pura ini terkenal dengan pemandian untuk mensucikan diri. Terdapat 16 pancuran yang berjejer, namun hanya 14 yang boleh digunakan untuk ritual mensucikan diri. Setiap orang akan berurutan mandi di 14 pancuran (tirta)jung tanpa terlewatkan. Dan ternayat, tidak hanya umat hindu yang melakukan pemandian ini, namun pengunjung umum, baik warga local maupun manca negara bisa melakukannya. Disediakan persewaan baju dan loker jika Anda datang ke pura ini. Anda dilarang meletakkan barang di semabarang tempat.


Untuk Anda yang suka human interest photography, tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi. Namun ketika pura ramai pengunjung, hanya harus mengalah kepada orang-orang yang bersembahyang atau mandi untuk mendapatkan spot yang bagus. Dan hati-hati, daerah kolam sangatlah licin. Jangan membawa barang elektronik terlalu banyak, karena jika terpeleset bisa bahaya.

Kompleks pura ini cukup besar dan sejuk. Lokasi pura ini bersebelahan persis dengan istana kepresidenan tampak siring, salah satu dari enam istana kepresidenan Indonesia. Letaknya sebenarnya cukup jauh jika dari bandara, dan cukup lama jika anda memakai motor, namun karena saya memang santai, ya dinikmati saja. Saya sempat tersasar ke sana ke mari karena saya hanya mengandalkan Google Maps. Kali ini, Google Maps memang sahabat terbaik perjalanan ini.

Setelah dari Pura Tirta Empul, saya melanjutkan ke dareah Kuta. Selain karena memang hotel saya berada di daerah itu, tujuan utama saya ke Bali kali ini adalah mantai. Terakhir saya ke Bali sekitar tahun 2014, ada acara kantor yang berlokasi di hotel Harris Kuta. Lokasinya cuma beberapa langkah dari pantai, namun karena padatnya jadwal, saya tidak pernah menikmati sunset pantai Kuta. Setelah check in dan beristirahat sejenak, saya pergi ke pantai. Yap, saya menikmati sunset dengan sangat bebas tanpa buruan jadwal. Saya berada di sekitar Kuta sampai keesokan harinya saat check out.

Bagi Anda yang membutuhkan makanan halal, di sekitar Kuta sudah banyak warung makan yang halal, namun letaknya tidak di jalan sunset Kuta. Yang harus Anda coba adalah Nasi Pedas Bu Andhika yang cukup terkenal dan harganya cukup murah.


Setelah makan siang di daerah Kuta, motor saya geber ke daerah Uluwatu, daerah selatan Bali. Memakan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan motor dengan kecepatan agak tinggi, saya sampai di Pura Uluwatu. Apa yang menarik di pura ini? Di sini terdapat tari kecak uluwatu yang cukup terkenal. Tiket yang harus Anda bayar untuk pertunjukan kecak sekitar 100 ribu. Penjualan tiket di mulai pukul 16.00, dan pukul 17.00, penonton sudah mulai memadati arena kecak. Pukul 18.00 tepat pertunjukan dimulai dan berakhir di pukul 19.00. Bagi Anda yang tidak mengikuti tari kecak, sunset di sini juga tidak bisa dilewatkan karena sangat bagus.

Setelah pertunjukan kecak selesai, saya memacu motor saya dengan kecepatan penuh agar sampai di bandara dengan tepat waktu dan selamat, karena penerbangan saya boarding jam 21.00. Bagi Anda yang memakai mobil, Anda harus mewaspadai kemacetan yang terjadi pasca pertunjukan karena orang akan keluar dalam waktu yang sama. Untungnya saya memakai motor, sehingga bisa lincah dan tiba di bandara tepat waktu.

Ya begitulah short escape saya ke Bali. Tidak banyak tempat memang, namun kesan santai saya dapatkan dalam perjalanan ini. Mau ikutan mejelajah Bali lebih lama? Yuk…

Minggu, 10 Juni 2018

Well planned traveler vs Free spirit traveler

Juni 10, 2018 0
Well planned traveler vs Free spirit traveler
Ketika Anda ingin traveling, pasti Anda akan memikirkan Anda ingin ke mana saja. Namun untuk beberapa orang, akan berbeda-beda tingkat detail dari itinerary perjalanannya. Karena itu saya membagi menjadi dua, well planned traveller, dan free spirit traveler.

Well planned traveler, seorang traveler yang sangat memperhitungkan itinerary perjalanannya. Setiap jam diperhitungkan, setiap spot dijatah berapa lama, dan setiap pergerakan ditentukan transportasinya. Dia bahkan mempersiapkan plan B jika plan A tidak terlaksana akibat sesuatu yang di luar kontrolnya, contohnya cuaca. Apakah saya pernah? Pernah. Saya pernah mempersiapkan 3 itinerary sekaligus ketika saya traveling ke Singapore. Kebetulan saya traveling dengan beberapa rekan saya, dan saya hanya orang di rombongan itu yang pernah ke Singapore. Dikarenakan tidak ingin mengecewakan rombongan, saya tidak boleh menghabiskan waktu terlalu lama untuk berpikir jika terjadi sesuatu di luar kontrol saya.

Kebalikan dari well paned traveller, adalah free spirit traveller. Saya tidak tahu istilah ini tepat atau tidak, jika Anda tahu istilah yang lebih tepat, let me know. Pada intinya, golongan ini berprinsip pada “ke manapun angin berhebus”. Apakah ini tidak punya rencana? Pasti punya. Namun kebanyakan hanya gambaran besarnya saja. Golongan ini sudah browsing tempat-tempat yang menarik, namun kadang tidak membuat itinerary yang detail. Apakah saya pernah? Pernah, ekstrim bahkan. Saya pernah ke Malaysia, namun belum tahu mau ke mana saja. Data pertama yang saya punya, saya hanya memikirkan saya pingin ke Malaka dan sekitar Kuala Lumpur. Data ke dua adalah tiket berangkat dan pulang saya sudah ditentukan. Singkat kata saya punya empat hari tiga malam di Malaysia. Ya cuma itu. Akibatnya, saya baru memikirkan ketika saya menjejakkan kaki di bandara KLIA2.

Apakah ada yang salah dan benar? Menurut saya ini masalah selera. Ada beberapa kelebihan di masing-masing golongan ini.

Kelebihan well planned traveller

  1. Waktu akan benar-benar efektif. Anda tidak akan kehabisan waktu untuk bengong memikirkan Anda mau ke mana saja. Tidak ada waktu yang terbuang untuk menunggu jadwal transportasi, dan tidak ada waktu yang terbuang untuk tersesat. Anda tidak akan menghamburkan waktu sedetik pun.
  2. Biaya akan terkontrol. Tentu saja ketika itinerary jelas, Anda tidak akan mengeluarkan biaya tambahan atau biaya dadakan. Apalagi jika hotel sudah dipesan jauh-jauh hari, maka kemungkinan besar akan mendapatkan rate yang lebih bagus.
  3. Anda bisa mengunjungi banyak tempat. Karena waktu benar-benar efektif, Anda akan bisa mengunjungi banyak tempat dalam waktu yang sama jika dibandingkan dengan tanpa itinerary detail.


Sedangkan kelebihan free spirit yang saya rasakan adalah:

  1. 1Saya lebih mendapatkan detail tempat yang saya kunjungi. Untuk cerita di Malaysia, akhirnya saya menghabiskan dua malam di Malaka, dan semalam di Kuala Lumpur. Untuk di Makala, dengan tempat sekecil itu saya mengeksplore dua hari. Saya benar-benar mendapat detail tempatnya. Saya sudah hafal sebagian jalan di sekitar Malaka, saya hafal mural yang ada, saya tahu bagaimana mereka berinteraksi, bagaimana sifat wisatawan yang ada, saya tahu tempat makanan halal, dan sebagainya.
  2. Penuh kejutan. Kejutan menambah seru petualangan perjalananmu. Tersesat, nanya sana-sini, salah naik bus, menemukan tempat-tempat menarik yang jarang di bahas di internet. Dan ini kadang yang saya kejar ketika saya traveling.
  3. Berinteraksi dengan orang sekitar. Ketika Anda tinggal di tempat yang sama dengan waktu relative lama, Anda akan “terpaksa” berinteraksi dengan orang-orang sekitar. Ya di situlah Anda akan belajar socio culture tempat itu.
  4. Tidak merasa diburu. Anda tidak akan merasa diburu jadwal ketika Anda termasuk dalam golongan ini. Perjalanan akan menjadi lebih santai.

Anda termasuk golongan yang mana? Yang manapun boleh, namun harus menyesuaikan hal-hal seperti waktu yang tersedia, biaya yang dialokasikan, dan dengan siapa Anda traveling. Jika ada hal-hal yang belum ada di atas, Anda bisa tulis di kolom komentar.

Salam traveling….

Sabtu, 02 Juni 2018

Menikmati Kampung Ramadhan Jogokaryan

Juni 02, 2018 0
Menikmati Kampung Ramadhan Jogokaryan
Saya memutuskan menikmati Ramadhan dengan agak berbeda. Saya dengan sangat mendadak memutuskan untuk pergi ke Jogja, tepatnya ke daerah Jogokaryan. Saya mendengar bahwa di sana ada perayaan Kampung Ramadhan Jogokaryan yang diselenggarakan sebulan penuh. Berbekal tiket dari program SJ Travel Pass, saya meluncur ke Jogja. Saya meniatkan ingin melihat aktifitas di sekitar masjid Jogokaryan dan ingin hunting street photography.

Penjaja Makanan Sekitar Jogokaryan

Saya sampai di kawasan Jogokaryan sekitar jam 15.30. Suasana jalan masih relatif sepi. Saya segera check in di hotel  Burza yang terletak di ujung jalan Jogokaryan. Sambil menunggu mendekati jam berbuka dan beristirahat sejenak, saya mempersiapkan kamera untuk hunting. Saya menggunakan gear yang cukup sederhana, yaitu Canon G7xmii, kamera pocket yang cukup bagus. Ketika jam menunjukkan pukul 16.45, saya keluar hotel. Dan betapa kagetnya saya, jalanan yang masih sepi sekitar sejam yang lalu berubah menjadi sangat ramai. Di kanan-kiri jalan banyak penjual kaki lima yang menjajakan berbagai makanan berbuga. Mulai dari sosis bakar, sate, batagor, dan masih banyak lagi. Penjual berjejer dari ujung jalan Jogokaryan sampai di kawasan masjid Jogokaryan. Anda tidak adakan kesulitan menemukan makanan berbuga puasa di sini, namun Anda akan kesulitan untuk memilihnya.

Antri Untuk Mendapatkan Hidangan Berbuka

Di kawasan masjid, petugas masjid menyiapkan makanan berat sekitar 1200 sampai 2000 porsi setiap harinya untuk dibagikan. Ibu-ibu penduduk sekitar masjid sibuk mempersiapkan makanan ini ke piring dan gelas yang disediakan. Ini memang merupakan bagian dari program pemberdayaan masjid Jogokaryan. Mendekati waktu berbuka, orang-orang mulai antri untuk mendapatkan makanan berbuka. Dengan duduk rapi sampai ke jalanan di luar masjid, orang-orang akan menunggu waktu berbuka. Setelah adzan maghrib terdengar, orang-orang segera menyantap hidangan yang telah disediakan. Setelah beberapa saat, persiapan sholat maghrib segera dimulai. Dikarenakan banyaknya jamaah yang hadir, maka sholat maghrib terpaksa dibuat dua gelombang. Setelah sholat maghrib selesai, perlahan jalan Jogokaryan kembali sepi. Namun di kawasan masjid, masih ada beberapa jamaah yang beribadah.

Ibu-ibu warga sekitar menyiapkan hidangan

Program Kampung Ramadhan Jogokaryan memang sudah sejak lama ada. Ini adalah tahun ke sebelas diselenggarakannnya. Spirit yang dibawa oleh pengurus masjid adalah kebermanfaatan masjid harus dirasakan oleh warga sekitar. Selain itu, ibadah Ramadhan harus dilaksanakan dengan suka cita dan hati gembira. Tak heran masjid yang menjadi percontohan pengelolaan masjid tingkat nasional ini sangat ramai di bulan Ramadhan. Kegiatannya beragam, ada tabligh akbar, buka puasa gratis, sahur bersaama, sholat tarawih berjamaah, dan berbagai event yang tersusun selama sebulan. Yang paling berbeda adalah adanya sholat tarawih ala Madinah, yaitu shalat tarawih yang diimami oleh imam dari timur tengah, dan menghabiskan satu juz dalam malam itu. Sholat tarawih ini tidak dilaksanakan setiap malam, namun hanya malam-malam tertentu saja.
Warga Menunggu Waktu Buka Puasa

Menikmati suasana Ramadhan di Jogokaryan memang sangatlah meriah. Anda bisa mencobanya sehari atau dua hari menginap di kawasan ini untuk merasakannya.

Info:
Masjid Jogokaryan

Sabtu, 06 Januari 2018

Cerita yang Menggerakkan

Januari 06, 2018 0
Cerita yang Menggerakkan

Halo hari ke lima #30HariBercerita, kali ini adalah fase terakhir aku berinteraksi dengan cerita. Ketika kecil, aku menganggap cerita hanyalah hiburan, lalu beranjak cerita sebagai cara mengungkapkan sesuatu. Dan pada akhirnya, cerita lebih powerfull daripada itu. Cerita bisa menggerakkan orang.

Sudut pandangku tentang cerita berubah ketika aku bertemu dengan sekumpulan orang yang percaya dengan kekuatan ide dan story telling, yaitu TEDx Bandung. Ketika aku menjadi relawan, aku memahami betul bahwa speech yang dideliver di TEDx (kami menyebutnya TED Talks) dimotori dengan kekuatan cerita. Cerita yang dekat, inspiratif, dan baru dapat menggerakkan orang dibanding dengan argumen. Argumen membuat orang paham, cerita membuat orang terinspirasi, begitu kata Roby Muhammad di TEDx Bandung.

Ketika kerja, aku bertemu seorang leader di kantorku yang menggunakan cerita dengan sangat powerfull, yaitu Pak Fathoni. Beliau dalam setiap penjelasan, sangat meminimalisir argumen-argumen, dan lebih memberi pengayaan dalam bentuk cerita. Aku merasakan sendiri bahwa cerita lebih masuk di hatiku daripada leader yang membagun tim dengan argumen.

Bagaimana cara membuat cerita yang bisa menggerakkan? Nah, aku sendiri juga belum tahu, dan jauh dari bisa. Karena itu, #30HariBercerita menjadi langkah awal aku belajar membuat cerita.

Apa ceritamu hari ini?

Ditulis di tengah suara-suara kodok sawah yang tak pernah aku temui di Jakarta

5 Januari 2018

#30HariBercerita

Jumat, 05 Januari 2018

Ungkapan dengan Cerita

Januari 05, 2018 0
Ungkapan dengan Cerita

Untuk seri ke 4 dari #30HariBercerita agak telat karena kemarin harus siap-siap flight pagi. Mari kita teruskan bercerita tentang story telling. Pernah ga sih kalian ingin menyampaikan atau mengungkapkan sesuatu tapi hanya tertahan? Atau kalian punya pemikiran, tapi bingung mengungkapkan dengan cara apa? Banyak cara untuk mengungkapkan sesuatu, tapi yang paling asik dengan cerita.

Ya, hari ini aku akan bercerita tentang story telling bisa dijadikan untuk menyampaikan sesuatu. Aku pernah menulis sebuah cerpen saat kelas dua SMA. Sebenarnya ini merupakan tugas mata pelajaran bahasa Indonesia. Pak Didik, guruku saat itu, meminta kami agar menulis sebuah cerpen. Tema dan alur cerita terserah. Entah bagaimana, aku menulis sebuah cerpen rekaanku sendiri tentang pergerakan mahasiswa tahun 1998. Aku beri judul cerpen itu “Jakarta Sore Itu”.

Cerpen ini bercerita tentang mahasiswa aktifis yang terlibat aktif dalam upaya penjatuhan Soeharto dan menuntut reformasi. Dia sudah dilarang ibunya untuk ikut dalam aktivitas seperti itu. Singkat cerita, tubuhnya diterjang peluru tajam dari aparat. Cerpen ini aku dedikasikan untuk elang dan 3 mahasiswa Trisakti lainnya yang gugur.

Tema cerpen seperti ini tidak lazim ditulis oleh anak SMA kelas 2. Di saat lainnya menulis tentang romansa, persahabatan, atau tema sejenisnya, aku malah menulis tentang reformasi. Pak Didik sempat memanggil aku karena ini. “Kenapa kamu menulis dengan cerita ini?” tanya beliau di ruang guru. Aku dengan singkat menjawab, “Saya tidak suka Soeharto.” Jawaban singkatku saat itu.

Aku memilih cerita untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaanku dengan sebuah cerita. Tidak ada jargon keras di dalamnya, tidak ada tuntutan eksplisit di dalamnya. Hanya sebuah cerita ibu yang kehilangan anak aktifis. Pemikiran yang diungkapkan dengan cerita, apalagi sebuah cerita yang dekat dengan kita, akan lebih mudah sampai pada orang yang membaca atau mendengar. Kita tidak perlu menyusun argumen panjang untuk sebuah pemikiran.

Ditulis di kamar, rumah.

5 Januari 2018

#30HariBercerita

Rabu, 03 Januari 2018

Halo Story Telling

Januari 03, 2018 0
Halo Story Telling

Halo hari ketiga untuk #30HariBercerita. Aku mau cerita tentang…. Cerita. Cerita atau bahasa kerennya sekarang itu story telling adalah hal yang sangat dekat dengan kehidupanku. Aku bisa membaginya ke dalam 3 fase. Fase pertama adalah story telling sebagai hiburan. Fase kedua adalah story telling sebagai cara berkomunikasi. Fase ketiga, story telling sebagai alat propaganda. Biar agak panjang dan aku biar ada bahan untuk tiga hari ke depan, aku akan bahas per fase.

Untuk kali ini aku akan bercerita tentang story telling sebagai hiburan. Aku mulai berkenalan dengan story telling sejak aku masih sangat kecil. Ayahku sering mendongengkan  aku berbagai cerita sebelum tidur. Ya, dongeng adalah alat story telling paling sederhana  dan paling awal yang aku kenal, sebelum aku berkenalan dengan story telling berupa tulisan. Saat aku mulai besar, aku mulai berkenalan dengan story telling berupa tulisan. Aku sudah lupa kesenanganku membaca dimulai sejak kapan. Tapi kemungkinan besar sejak kelas 4 SD. Sejak aku pindah tinggal bersama nenek di Ponorogo. Sebelumnya aku tinggal bersama orang tuaku di desa yang cukup pelosok di Blitar bagian selatan. Dikarenakan orang tuaku khawatir akan kualitas pendidikanku, aku dipindah untuk tinggal bersama nenekku di Ponorogo. Sebelumnya, akses bacaan sangatlah sulit di desa. Perpustakaan sekolah hanyalah ruang berdebu tempat meletakkan buku satu rak, bersama dengan barang-barang tidak terpakai. Dan pada akhirnya, perpustakaan nyaman hanyalah dongeng pada saat itu. Ketika di Ponorogo, mulailah terbuka bahan bacaan yang sangat luas. Yang aku suka? Komik tentu saja. Tidak berat. Komik sinchan. Dan beberapa seri komik lain yang aku punya sepeti paman gober dan komik disney lainnya. Bahan bacaan lain? Kebanyakan cerita rakyat atau legenda.

Cerita sebagai hiburan. Ya, cerita selalu bisa menghiburku. Sinchan tidak pernah gagal membuat aku tertawa. Paman gober menyusul berikutnya. Dan pada akhirnya aku sangat keranjingan dengan membaca. Dikarenakan tidak tahunya cara membaca dengan sehat, aku mendapatkan kaca mata pertamaku di kelas 4 SD. Kelas 5 mulai berkenalan dengan novel. Novel pertama yang aku baca adalah Harry Potter and the Sorcerer's Stone, pemberian Om Nanang. Makin menjadi saat aku kembali tinggal bersama orang tua di Blitar. Kali ini di kota. Aku masih ingat, di kota Blitar ada persewaan komik. Mungkin aku menjadi salah satu pelanggan tetap di sana. Alhamdulillah, aku mempunyai orang tua yang mensupport kebiasaan membaca cerita ini. Seluruh serial Harry Potter dibelikan oleh ayahku.

Ya, cerita tidak pernah gagal menjadi hiburan. Hiburan bernilai, hiburan yang menyentuh, hiburan yang menginspirasi. Cerita tidak harus disampaikan dalam tulisan, karena ada yang bilang budaya Indonesia itu bukan budaya baca tulis, tapi budaya tutur. Namun apapun bentuknya, story telling menjadi alat hiburan sederhana untukku. Bagaimana dengan kamu?

Ditulis di kegalauan malam hari

3 Januari 2018

#30HariBercerita

Selasa, 02 Januari 2018

Tuntaskan Bukumu

Januari 02, 2018 0
Tuntaskan Bukumu

Hari sudah akan berganti, tapi aku baru memulai cerita hari ke dua untuk #30HariBercerita. Untuk malam ini aku akan cerita tentang membaca. Akhir-akhir ini aku mulai lagi memupuk semangat untuk menyelesaikan membaca buku. Setelah sekian lama aku tidak pernah menyelesaikan membaca satu buku utuh. Kalau ada yang bertanya, emang baca harus satu buku utuh? Aku pikir tidak. Kamu bisa melewati bagian yang mungkin kamu kurang suka. Mungkin juga kamu bisa menyelingi dengan buku lain. Namun kalau aku pikir, ada bahayanya kalau kamu berhenti membaca di tengah jalan. Kamu hanya mengerti sebagian topik dari keseluruhan ide yang ada di dalam buku. Emang akibatnya apa? Ada kemungkinan kamu salah tafsir atas ide buku itu, atau kamu salah “ilmu” dalam merespon sesuatu. Analogi sederhananya adalah kamu tidak akan rela diperiksa oleh dokter yang hanya belajar satu bagian tubuh saja kan? Yup, semua muara dari membaca sebagian buku adalah kedangkalan. Ya masih mending ini sih daripada kamu membaca artikel online dengan hanya membaca judul saja (btw, banyak netizen yang kayak gini sih)

Kenapa sih aku sempat malas baca buku? Aku berpikir, mungkin penyebab utamanya aku malas. Okay, aku tidak memungkiri itu. Tapi ada penyebab lain kenapa aku jadi malas membaca buku. Karena aku terbebani sesuatu dalam membaca buku. Yup, beberapa kali aku memilih buku yang sebenarnya aku tidak suka. Namun karena ada beban, antara lain agar bacaanku lebih berbobot, atau membaca buku rekomendasi orang terkenal, atau terbebani best seller, atau yang paling sering adalah membaca buku dengan topik terkini, akhirnya aku membaca sesuatu yang tidak aku suka. Yang pada akhirnya, aku hanya terbebani argumen-argumen saja. Tidak menyentuh aspek dalam hidupku. Akibatnya aku dan buku itu menjadi berjarak. Menyelesaikannya pun menjadi beban. Nah pada akhirnya, aku tidak ada keinginan untuk menyelesaikan satu buku utuh.

Karena itu, akhir-akhir ini aku membaca buku yang benar-benar aku suka, atau topiknya memang dekat dengan kehidupan personalku. Aku sekarang sedang berusaha menyelesaikan dua buku yang aku selang-seling bacanya, yaitu buku Hidup Sederhana dari Desi Anwar dan When Strangers Meet dari Kio Stark.

Kalau kamu, apa buku yang sedang kamu baca?

Ditulis di kosan di tengah deadline kerjaan kantor

2 Januari 2018

Senin, 01 Januari 2018

Memulai #30HariBercerita

Januari 01, 2018 0
Memulai #30HariBercerita

Aku memulai #30HariBercerita dengan tidak mood. Dalam kepalaku aku sudah punya kerangka cerita yang lain, cerita menyenangkan tentang pantai. Tapi malam ini tiba-tiba perasaan menjadi tidak enak. Daripada aku tetap menulis dan nanti pada akhirnya jadi tulisan galau nan cengeng, mohon maaf tulisan hari pertama tidak terlalu menyenangkan.

Tapi, tahukah kalian apa yang bisa membuat hati orang bisa sedikit lebih baik? Kata beberapa orang, termasuk psikolog, dengan membuat daftar apa yang kamu syukuri hari ini. Oke, biar hati ini agak mendingan, kita buat gratitude list aja ya.

1. Hari ini supermoon. Hei, kalau kau lihat bulan di tanggal 1 Januari 2018 ini, bulan begitu terlihat dekat dan besar. Sekilas yang aku baca, hari ini adalah titik terdekat bumi-bulan untuk sekian tahun. Bulannya indah dan terang banget meskipun kamu melihatnya dari Jakarta.

2. Hari ini nyoba nyari barang, dan berhasil. Walau agak mahal dibandingkan perkiraan, setidaknya berhasil dapat. Barangnya apa? Emmm… tidak untuk diceritakan dulu deh.

3. Badan yang kemarin remuk redam, hari ini agak mendingan. Oleh-oleh dari pantai dan nyetir 12 jam adalah badan yang lemas seharian. Nah, hari ini udah jauh lebih mendingan.

Sebenarnya banyak lagi sih hal-hal yang seharusnya disyukuri hari ini, tapi itu dulu aja yang di share kali ini. Semoga kita bisa tetap bersyukur tiap paginya.

Ditulis di warung seafood tebet

1 Januari 2018

Dalam rangka #30HariBercerita